TEMPO.CO, Jakarta - Bentrokan mereda di ibu kota Sudan pada Selasa, 30 Mei 2023, meskipun pertempuran terdengar di beberapa daerah, kata penduduk, setelah faksi militer yang bertempur selama lebih dari enam minggu setuju untuk memperpanjang gencatan senjata yang bertujuan untuk memungkinkan bantuan mencapai warga sipil.
Militer dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) sepakat untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata yang telah berjalan seminggu penuh selama lima hari sesaat sebelum jatuh tempo, Senin malam.
Gencatan senjata itu dimediasi dan dipantau dari jarak jauh oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat, yang mengatakan telah dilanggar oleh kedua belah pihak tetapi masih mengizinkan pengiriman bantuan kepada sekitar dua juta orang.
"Kami berharap gencatan senjata ini berhasil meskipun hanya untuk menghentikan perang sedikit dan kami dapat kembali ke kehidupan normal kami. Kami memiliki harapan pada gencatan senjata dan kami tidak memiliki pilihan lain," kata Hind Sabre, seorang warga Khartoum berusia 53 tahun.
Beberapa jam sebelum perpanjangan gencatan senjata ditandatangani, penduduk melaporkan pertempuran intensif di ketiga kota yang bersebelahan yang merupakan ibu kota Sudan yang lebih besar di sekitar pertemuan Sungai Nil - Khartoum, Omdurman, dan Bahri.
Perang telah menyebabkan hampir 1,4 juta orang meninggalkan rumah mereka, termasuk lebih dari 350.000 orang yang telah menyeberang ke negara tetangga.
Area ibu kota telah dilanda penjarahan yang meluas dan sering terjadi pemadaman listrik dan pasokan air. Sebagian besar rumah sakit telah berhenti beroperasi.
Konflik Sudan meletus pada 15 April atas rencana yang didukung secara internasional untuk transisi ke pemilu di bawah pemerintahan sipil.
Militer dan milisi RSF telah memegang posisi teratas di dewan penguasa Sudan sejak mantan pemimpin Omar al-Bashir digulingkan dalam pemberontakan rakyat pada 2019.
Mereka melakukan kudeta pada 2021 karena mereka akan menyerahkan kepemimpinan dewan kepada warga sipil, sebelum keluar dari rantai komando dan restrukturisasi RSF di bawah transisi yang direncanakan.
Badan anak-anak PBB UNICEF mengatakan lebih dari 13,6 juta anak di Sudan, negara berpenduduk 49 juta orang, sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa.
Program Pangan Dunia PBB, yang memperkirakan hingga 2,5 juta orang di Sudan akan kelaparan dalam beberapa bulan mendatang, mengatakan bahwa 17.000 metrik ton makanan telah dijarah sejak konflik dimulai.
WFP mengatakan pada Senin bahwa pihaknya telah mulai mendistribusikan makanan di beberapa bagian ibu kota untuk pertama kalinya sejak pecahnya pertempuran.
REUTERS
Pilihan Editor: Beijing Kirim Misi Shenzhou-16 ke Stasiun Luar Angkasa Cina