TEMPO.CO, Jakarta - Iran disebut sedang membangun fasilitas nuklir bawah tanah yang jauh dari jangkauan serangan bom Amerika Serikat. Menurut laporan The Associated Press yang dikutip dari Al Jazeera, fasilitas nuklir itu berada di dekat Natanz.
Di dekat puncak Pegunungan Zagros di Iran tengah, para pekerja sedang membangun fasilitas nuklir yang begitu dalam di perut bumi. Saking jauhnya dari permukaan, fasilitas itu kemungkinan berada di luar jangkauan senjata Amerika Serikat terakhir yang dirancang untuk menghancurkan situs semacam itu.
Foto dan video dari Planet Labs PBC menunjukkan Iran telah menggali terowongan di gunung dekat situs nuklir Natanz, yang telah berulang kali diserang sabotase di tengah kebuntuan Teheran dengan Barat atas program nuklirnya. Iran adalah negara yang sekarang memproduksi uranium mendekati tingkat senjata setelah runtuhnya kesepakatan nuklir dengan kekuatan dunia. Instalasi tersebut mempersulit upaya Barat menghentikan pembuatan bom nuklir Iran yang telah dibantah oleh Teheran.
Laporan pada hari Senin muncul di tengah lonjakan ketegangan Iran-AS dan terhentinya diplomasi antara kedua negara. "Penyelesaian fasilitas semacam itu akan menjadi skenario mimpi buruk yang berisiko memicu spiral eskalasi baru,” kata Kelsey Davenport, Direktur Kebijakan Nonproliferasi di Asosiasi Pengendalian Senjata yang berbasis di Washington.
“Mengingat seberapa dekat Iran dengan bom, hanya memiliki sedikit ruang untuk meningkatkan program tanpa melanggar garis merah AS dan Israel. Pada titik ini, eskalasi lebih lanjut meningkatkan risiko konflik,” kata Davenport.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden terus memberlakukan sanksi tegas terhadap Iran dan industri minyak serta petrokimia. Sementara itu, Teheran telah membuat kemajuan program nuklir.
Sejak berakhirnya perjanjian nuklir, Iran mengatakan sedang memperkaya uranium hingga 60 persen, naik dari batas 3,67 persen yang disepakati. Iran telah menghasilkan partikel uranium murni 83,7 persen, selangkah lebih dekat untuk mencapai ambang batas uranium untuk senjata sebanyak 90 persen.
Pada Februari, inspektur internasional memperkirakan persediaan Iran lebih dari 10 kali lipat dari kesepakatan era Obama. Dengan uranium yang diperkaya cukup untuk memungkinkan Iran membuat beberapa bom nuklir, menurut kepala Badan Energi Atom Internasional ( IAEA).
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Arab Saudi Punya Stasiun Radio Berbahasa Inggris Pertama