TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat presiden nasionalis Turki yang menempati posisi ketiga dalam pemilu Turki, Sinan Ogan, mengajukan syarat dukungan untuk calon lain yang akan bertarung dalam putaran kedua.
Ogan, yang memenangkan 5,2 persen dalam putaran pertama pemilu Turki pada Minggu, 14 mei 2023, muncul sebagai 'kingmaker' untuk pemungutan suara putaran kedua yang dijadwalkan 28 Mei 2023.
Incumbent Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang memimpin dengan 49,5 persen suara pada Minggu, akan bertarung dengan kandidat oposisi utama Kemal Kilicdaroglu, yang memenangkan sekitar 45 persen bagian dalam putaran kedua.
"Kami akan berkonsultasi dengan basis pemilih kami untuk keputusan kami di putaran kedua. Tapi kami sudah menjelaskan bahwa perang melawan terorisme dan pengiriman kembali pengungsi adalah garis merah kami," kata Ogan kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
Ogan, 55 tahun, adalah seorang mantan akademis. Dia mengikuti putaran pertama pemilihan presiden dari kandidat ATA, yakni sebuah aliansi partai ultra-nasionalis Turki yang dipimpin oleh Victory Party, yang terkenal dengan sikap anti-imigrannya. Ogan mengatakan tujuannya adalah untuk menghapus dua partai terutama Kurdi dari "persamaan politik" Turki dan mendukung nasionalis dan sekuler Turki.
“Dan hasil pemilu menunjukkan bahwa kami berhasil dalam hal ini,” ujarnya.
HDP pro-Kurdi telah mendukung Kilicdaroglu dalam pemilihan presiden, sementara Huda-Par Kurdi-Islam mendukung Erdogan. Ogan mengatakan dia belum bertemu Erdogan atau Kilicdaroglu sejak pemungutan suara hari Minggu tetapi mengisyaratkan kalaj dia akan terbuka untuk negosiasi "berdasarkan prinsip-prinsip mereka".
“Misalnya, kami dapat menandatangani protokol dengan Nation Alliance (untuk mendukung Kilicdaroglu) untuk memperjelas bahwa mereka tidak akan memberikan konsesi apa pun kepada HDP. Sesederhana itu,” katanya.
Ogan masuk parlemen pada 2011 dengan MHP nasionalis Turki. Dia meluncurkan tawaran yang gagal untuk kepemimpinan MHP pada tahun 2015 dan kemudian dikeluarkan dari partai.
Ogan mengatakan hasil pemilihan hari Minggu menunjukkan bahwa oposisi utama Turki tidak dapat memperoleh dukungan publik yang cukup meskipun gempa besar melanda Turki tenggara pada Februari.
"Pemilih mengirim pesan bahwa mereka tidak cukup mempercayai oposisi, tetapi mereka memberi kami peran sebagai kekuatan penyeimbang di partai yang berkuasa," katanya.
AS Minta Meksiko Ekstradisi Putra Bos Narkoba El Chapo
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini