TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan Rusia berharap kerja sama dengan Turki tetap berlanjut setelah pemilu selesai digelar. Rusia berharap siapa pun yang memenangkan pemilu Turki, tetap melanjutkan, memperdalam dan memperluas kerja sama dengan negeri Beruang Merah itu.
Recep Tayyip Erdogan, presiden Turki yang telah berkuasa selama 20 tahun, mendapat lawan kuat dari oposisi dalam pemilihan presiden pada putaran pertama, 14 Mei lalu. Ia gagal mendulang lebih dari 50 persen suara sehingga pemilu putaran kedua akan dilakukan pada 28 Mei mendatang. TRT World dan Anadolu Agency yang dikelola negara melaporkan bahwa pada hari Senin bahwa Erdogan memimpin dengan 49,5 persen, sementara kandidat oposisi Kemal Kilicdaroglu meraih 44,89 persen, setelah 99,87 persen kotak suara dibuka. Erdogan dan Kilicdaroglu sekarang akan berhadapan dalam pemilihan putaran kedua yang akan diadakan pada 28 Mei.
“Tentu saja kami menonton berita yang datang dari Turki akhir-akhir ini dengan penuh minat dan perhatian. Kami menghormati dan akan menghormati pilihan rakyat Turki. Tetapi bagaimanapun juga, kami berharap kerja sama kami akan berlanjut, semakin dalam, dan berkembang,” ujar Peskov dilansir dari Al Arabiya, Selasa, 16 Mei 2023.
Peskov menyoroti semua aspek kerja sama yang saling menguntungkan antara Moskow dan Ankara seperti di bidang energi, pariwisata, perdagangan, pertanian, dan transportasi.
“Turki adalah negara demokrasi maju, negara berdaulat yang kuat, yang, tentu saja, mampu mengadakan pemilihan yang transparan dan demokratis serta mencegah tindakan ilegal apa pun. Kami tidak ragu tentang itu,” ujarnya.
Erdogan adalah sekutu lama Presiden Rusia Vladimir Putin. Selama bertahun-tahun kerja sama antara Turki dan Rusia telah terjalin di bidang energi, kemitraan militer, dan keselarasan regional. Di sisi lain, Rusia mendapat manfaat dari akses ke pasar Turki dan pengaruh geopolitik yang meningkat.
Tokoh oposisi Turki yang juga pesaing kuat Erdogan, Kilicdaroglu menyatakan akan mengembalikan Turki ke pemerintahan dan nilai-nilai demokrasi. Dia kritis terhadap pemerintahan Erdogan, khususnya di bidang-bidang seperti hak asasi manusia, kebebasan berekspresi, dan kebijakan ekonomi.
Kilicdaroglu berencana membatalkan kebijakan utama Erdogan, dan bertujuan untuk membentuk pemerintahan yang lebih moderat di dalam negeri serta mengejar kebijakan luar negeri yang lebih seimbang. Ia ingin memperbaiki hubungan yang rusak dengan NATO, AS, dan Uni Eropa.
Hubungan Turki dengan Barat kemungkinan akan menjadi lebih bersahabat jika Kilicdaroglu menang, karena ideologi sekulernya akan sejalan dengan sekutu Barat. Jika Kilicdaroglu menang pemilu maka hubungan dengan Rusia diprediksi akan menjadi awal yang sulit karena dia menuduh Moskow ikut campur dalam pemilu Turki.
“Kami merasa tidak dapat diterima jika negara lain ikut campur dalam proses pemilihan Turki untuk mendukung partai politik. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini,” ujar Kilicdaroglu dalam wawancara dengan Reuters.
“Kami tidak ingin merusak hubungan persahabatan kami, tetapi tidak akan membiarkan campur tangan dalam urusan internal kami,” katanya.
Peskov membantah klaim Kilicdaroglu itu. "Kami sangat kecewa dengan pernyataan oposisi di Turki ini," ujar Peskov pekan lalu.
AL ARABIYA | REUTERS