TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan lansia Rusia menunggu untuk mengikuti tes bahasa Latvia dasar sebagai bukti kesetiaan kepada negara tempat mereka tinggal selama puluhan tahun. Tes itu itu digelar di sebuah gedung pencakar langit Stalinis yang mendominasi cakrawala ibu kota Latvia, demikian laporan Reuters, Selasam 9 Mei 2023.
Mencengkeram paspor merah Rusia, para peserta, kebanyakan wanita, membaca catatan mereka untuk revisi menit terakhir, takut mereka akan diusir dari negara Baltik itu jika gagal.
Berbicara bahasa Rusia alih-alih bahasa Latvia tidak menjadi masalah sampai perang di Ukraina mengubah keadaan itu. Kampanye pemilu tahun lalu didominasi oleh pertanyaan tentang identitas nasional dan masalah keamanan.
Pemerintah sekarang menuntut tes bahasa dari 20.000 orang pemegang paspor Rusia, sebagian besar lansia dan perempuan, karena kesetiaan warga negara Rusia mengkhawatirkan, kata Dimitrijs Trofimovs, sekretaris negara di Kementerian Dalam Negeri.
"(Jika saya dideportasi), saya tidak punya tempat tujuan, saya telah tinggal di sini selama 40 tahun," kata Valentina Sevastjanova, 70 tahun, mantan guru bahasa Inggris dan pemandu Riga, yang harus kursus bahasa Latvia di sebuah sekolah swasta di pusat Riga.
"Saya mengambil paspor Rusia pada 2011 untuk mengunjungi orang tua saya yang sakit di Belarus dengan mudah. Mereka sudah wafat sekarang."
Sevastjanova duduk di kelas 11 wanita, berusia 62 hingga 74 tahun, mengikuti kursus kilat selama tiga bulan. Masing-masing mengajukan paspor Rusia setelah Latvia merdeka pada 1991 dari Uni Soviet.
Itu membuat mereka memenuhi syarat untuk pensiun pada usia 55, pensiun dari Rusia, dan perjalanan bebas visa ke Rusia dan Belarusia.
Tetapi setelah Rusia menginvasi Ukraina Februari lalu, Latvia mematikan saluran TV Rusia, menghancurkan monumen Perang Dunia Kedua Soviet, dan sekarang bekerja untuk menghilangkan pendidikan dalam bahasa Rusia.
Hal ini membuat banyak etnis Rusia Latvia, yang merupakan seperempat dari populasinya yang berjumlah 1,9 juta, merasa bahwa mereka mungkin kehilangan tempat dalam masyarakat, di mana hanya berbicara bahasa Rusia dapat diterima selama beberapa dekade.
Warga negara Rusia di bawah 75 tahun yang tidak lulus ujian pada akhir tahun akan diberikan waktu yang wajar untuk pergi, kata Trofimovs. Jika mereka tidak pergi, mereka bisa menghadapi "pengusiran paksa".
"Mereka secara sukarela memutuskan untuk mengambil kewarganegaraan bukan dari Latvia tetapi dari negara lain," katanya. Dia mengatakan tes itu diperlukan karena otoritas Rusia membenarkan invasi mereka ke Ukraina dengan kebutuhan untuk melindungi warga negara Rusia di luar negeri.
"Saya pikir belajar bahasa Latvia itu benar, tetapi tekanan ini salah," kata Sevastjanova.
"Orang-orang tinggal di lingkungan Rusia. Mereka berbicara (hanya) dengan orang Rusia. Mengapa tidak? Ini diaspora yang besar", katanya. "Ada tempat kerja berbahasa Rusia. Ada surat kabar, televisi, radio Rusia. Anda dapat berkomunikasi dalam bahasa Rusia di toko dan pasar - orang Latvia dengan mudah beralih ke bahasa Rusia."
Untuk lulus, mereka perlu memahami frasa dasar bahasa Latvia dan berbicara dalam kalimat sederhana, seperti "Saya ingin makan malam dan saya ingin memilih ikan, bukan daging", kata Liene Voronenko, kepala Pusat Pendidikan Nasional Latvia. yang mengadakan ujian.
"Saya suka belajar bahasa, dan saya berharap bisa belajar bahasa Prancis di masa pensiun. Tapi sekarang saya akhirnya malah belajar bahasa Latvia. Ya, kenapa tidak?" kata Sevastjanova.
REUTERS
Pilihan Editor Israel Serang Jalur Gaza, 12 Orang Tewas Termasuk Komandan Jihad Islam Palestina