TEMPO.CO, Jakarta - CEO Twitter, Elon Musk, mengatakan bahwa perusahaan media sosial itu "mencapai titik impas", karena sebagian besar pengiklan telah kembali dan upaya pemotongan biaya yang agresif mulai membuahkan hasil setelah PHK besar-besaran.
Musk, dalam wawancara dengan BBC yang disiarkan langsung di Twitter Spaces, pada Rabu, 12 April 2023, mengatakan Twitter memiliki sekitar 1.500 karyawan sekarang, penurunan tajam dari "di bawah 8.000 anggota staf" sebelum dia mengambil alih pada Oktober 2022.
Twitter telah ditandai oleh kekacauan dan ketidakpastian sejak akuisisi $44 miliar oleh Musk, karena PHK juga mencakup banyak insinyur yang bertanggung jawab untuk memperbaiki dan mencegah pemadaman layanan, kata sumber kepada Reuters.
Pekan lalu, Twitter mengalami bug yang mencegah ribuan pengguna mengakses tautan, pemadaman besar keenam sejak awal tahun, menurut kelompok pengawas internet NetBlocks.
Musk mengakui beberapa gangguan, termasuk pemadaman baru-baru ini, tetapi mengatakan itu tidak berlangsung lama.
Dia mengatakan Twitter berada dalam situasi arus kas negatif $3 miliar dan harus mengambil tindakan drastis, mengacu pada PHK besar-besaran.
"Kami bisa mendapatkan arus kas positif pada kuartal ini jika semuanya berjalan dengan baik," katanya dalam wawancara yang menarik lebih dari 3 juta pendengar, menambahkan perusahaan saat ini memiliki jumlah pengguna yang tinggi sepanjang masa.
Twitter telah dilanda penurunan besar dalam iklan sejak akuisisi.
Musk mengatakan itu karena sifat siklus belanja iklan dan beberapa di antaranya bersifat "politis". Dia mengatakan pada hari Rabu sebagian besar pengiklannya telah kembali.
Miliarder, yang juga menjalankan pembuat mobil elektronik Tesla dan perusahaan roket SpaceX, mengatakan dia tidak memiliki rencana untuk mundur sebagai kepala eksekutif Twitter dalam waktu dekat.
Musk telah menghadapi pengawasan dari investor Tesla tentang jumlah waktu yang dia habiskan untuk menjalankan platform media sosial dan sebelumnya mengatakan akhir tahun ini akan menjadi "waktu yang tepat" untuk menemukan CEO Twitter baru.
REUTERS
Pilihan Editor