TEMPO.CO, Jakarta - Seorang guru di Virginia, Amerika Serikat, yang menjadi korban penembakan seorang siswa berusia 6 tahun menggugat sekolah sebesar US$ 40 juta atau setara Rp 596 miliar. Guru bernama Abigail Zwerner ini menuduh pihak sekolah mengabaikan peringatan dari staf dan murid bahwa bocah itu memiliki senjata.
Serangan 6 Januari 2023 terhadap Abigail Zwerner di Newport News adalah hal yang tidak biasa. Pasalnya pelaku penembakan adalah bocah laki-laki berusia 6 tahun yang menembak Zwerner sebagai guru kelas satu, dengan sengaja.
Pengaduan itu mengatakan Asisten Kepala Sekolah Dasar Richneck Ebony Parker gagal dalam tugasnya untuk melindungi Zwerner. Padahal sebelumnya ada banyak laporan bahwa ada senjata api di properti sekolah dan kemungkinan besar dimiliki anak laki-laki itu.
Parker tidak memberikan komentar. Dia telah mundur dari jabatannya sebagai kepala sekolah setelah penembakan.
Zwerner juga menggugat Dewan Sekolah Berita Newport, mantan pengawas sekolah George Parker, yang dipecat dewan setelah penembakan dan mantan kepala sekolah Richneck Briana Foster Newton. Menurut Zwerner, para pemimpin sekolah mengetahui sejarah serangan siswa terhadap murid dan guru, namun mengizinkan bocah itu kembali ke Richneck pada 2022 setelah dia dipindahkan karena perilaku kekerasan.
Pejabat sekolah telah mengkonfirmasi telah menerima peringatan bahwa bocah itu memiliki senjata di sekolah. Namun saat barang-barangnya digeledah sebelum penembakan, tidak ditemukan senjata apa pun.
Seorang juru bicara Sekolah Umum Newport News tidak segera menanggapi permintaan komentar. Pengacara Parker dan Foster tidak dapat segera dihubungi untuk berkomentar.
Guru berusia 25 tahun itu dipuji sebagai pahlawan oleh polisi karena mengevakuasi siswa dari kelasnya setelah bocah itu menembaknya sekali dengan pistol yang dibawa dari rumah. Peristiwa itu melukai tangan dan dadanya.
Seorang jaksa Virginia mengatakan tidak akan menuntut anak laki-laki itu. Namun ahli hukum mengatakan ibu anak laki-laki itu dapat dimintai pertanggungjawaban jika ternyata tidak mengamankan senjata dengan benar di rumahnya.
Keluarga anak laki-laki itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pistol yang digunakan diamankan di rumah. Dia menderita "cacat akut", dan di bawah rencana perawatan sekolah, salah satu orang tuanya pergi ke kelas bersamanya setiap hari. Minggu penembakan itu adalah yang pertama ketika orang tua bocah itu tak mendampinginya di sekolah.
REUTERS | CBSNEWS
Pilihan Editor: Donald Trump Jalani Kasus Suap Bintang Porno, Biden Bicara Soal Ekonomi