TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina menyebut pasukan Rusia sangat jauh dari merebut kota timur Bakhmut. Pertempuran masih berkecamuk di sekitar gedung administrasi tempat kelompok tentara bayaran Grup Wagner mengklaim telah mengibarkan bendera Rusia.
Seorang Juru Bicara Komando Militer Timur Ukraina Serhiy Cherevatyi mengatakan kepada Reuters bahwa tidak jelas letaknya pasukan Rusia mengibarkan bendera mereka. Dia menegaskan klaim mereka merebut kota itu adalah keliru.
"Mereka mengibarkan bendera di atas semacam toilet. Mereka menempelkannya di sisi entah apa, menggantung kain mereka dan mengatakan bahwa mereka telah merebut kota. Bagus, biarkan mereka mengira telah mengambilnya," kata pejabat itu pada Senin, 3 April 2023.
Bakhmut telah menjadi tempat salah satu pertempuran paling berdarah dalam perang Rusia- Ukraina, yang saat ini memasuki tahun kedua. Banyak korban berjatuhan di kedua sisi dan sebagian besar kota timur dihancurkan oleh pengeboman.
Kepala kelompok tentara bayaran Wagner Rusia, Yevgeny Prigozhin, mengatakan pada Minggu malam bahwa pasukannya telah mengibarkan bendera Rusia di atas gedung administrasi.
Prigozhin mengatakan bahwa dari sudut pandang "hukum", Bakhmut telah ditangkap oleh Rusia, sebuah gagasan yang dibantah keras oleh Cherevatyi.
"Ada pertempuran di sekitar gedung dewan kota (Bakhmut), mereka belum merebut apa pun secara legal," kata Cherevatiy.
"Bakhmut adalah milik Ukraina dan mereka belum merebut apa pun dan sangat jauh dari melakukan itu," katanya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato Minggu malam. 2 April 2023, juga mengatakan pihaknya belum mundur dari Bakhmut. Namun, dia mengakui pertempuran sengit terjadi di kota itu.
Invasi Rusia ke Ukraina menewaskan ribuan tentara di kedua sisi, puluhan ribu warga sipil Ukraina, dan jutaan orang terlantar. Agresi itu juga mengguncang ekonomi global dan mengganggu hubungan internasional.
Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa sekutu Ukraina telah menyediakan senjata dan uang bagi Kyiv. Rusia menyebut operasi militernya terpaksa diluncurkan karena provokasi Barat.
REUTERS
Pilihan Editor: Malaysia Hapus Hukuman Mati dan Hukuman Seumur Hidup