TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan perempuan pengusaha Afghanistan mengambil bagian dalam sebuah pameran di Dubai pekan ini untuk mempromosikan karpet-karpet, perhiasan, buah-buahan kering dan barang-barang kerajinan tangan lainnya sebagai bagian untuk mendapatkan akses pasar internasional setelah opsi pekerjaan untuk para perempuan menyusut di Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban.Demikian dilaporkan Reuters, Jumat 17 Maret 2023.
Pameran tiga hari, yang digelar di Dubai dan didukung oleh United Nations Development Programme (UNDP), dibuka pada Kamis dan menampilkan usaha yang dijalankan 26 perempuan Afghanistan.
Karena visa dan pembatasan perjalanan, kebanyakan pemilik bisnis bergabung via tautan video dari ibukota Afghanistan, di mana mereka mengatakan beberaapa pembatasan atas perempuan dalam kehidupan publik juga ekonomi negara yang sulit menjadi penghalang usaha mereka.
Rayhana Karim, dari Kamar Dagang Perempuan Afghanistan, menghadiri acara di Dubai. Ia mengatakan mereka sedang bekerja menciptakan sebuah merek untuk produk-produk, dan memberi label “Made by Afghan Women", untuk menjangkau konsumen luar negeri untuk mendukung hak-hak perempuan.
"Konsumen akhir di Eropa, Amerika Serikat, dan UEA, mereka ingin mendukung perempuan Afghanistan, kami perlu memberi mereka kesempatan," kata Karim kepada Reuters.
“Anda mendukung seorang perempuan Afghan ketika membeli sebuah produk berkualitas... dan Anda memungkinkan dia untuk berdiri di kedua kakinya sendiri, untuk meraih kemandirian keuangan dan untuk mulai memiliki kursi di meja.”
Organisasi Buruh Internasional baru-baru ini memperkirakan 25% pekerjaan perempuan telah menghilang sejak Taliban mengambil alih pemerintahan begitu pasukan asing menarik diri pada 2021. Banyak perempuan, kata mereka, telah beralih ke bisnis berbasis rumahan, yang menghentikan angka perempuan pengusaha turun lebih jauh.
Perekonomian negara sangat terhambat setelah pemerintah asing membekukan aset bank sentral dan memberlakukan sanksi terhadap sektor perbankan.
Pemerintahan Taliban telah melarang banyak perempuan pekerja LSM dan kementerian Taliban tidak mengizinkan perempuan bekerja di kantor mereka. Beberapa, termasuk penjabat menteri perdagangan Taliban, mengatakan mereka mendukung usaha yang dipimpin perempuan.
Perempuan pengusaha yang terlibat dalam pameran itu mengatakan mereka tidak akan menyerah.
“Kami kehilangan harapan ketika Afghanistan runtuh ... tetapi para perempuan Afghan adalah para pejuang, kami akan berusaha dan berjuang. Kami tidak pernah membiarkan kehilangan bisnis kami terjadi,” kata Ziagul Jahani, yang memproduksi kain-kain dan karpet-karpet buatan tangan dari provinsi Parwan tengah.
REUTERS
Pilihan Editor: Kremlin: Ukraina Secara Ilegal Menyerang Gereja Ortodoks