TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Kepresidenan Rusia atau Kremlin menilai laporan media Barat tentang ledakan pipa gas Nord Stream sebagai upaya terkoordinasi untuk mengalihkan perhatian. Rusia bingung mengapa pejabat Amerika Serikat berasumsi tentang serangan itu tanpa penyelidikan.
"Yang paling tidak diminta oleh negara pemegang saham Nord Stream dan PBB adalah penyelidikan yang mendesak dan transparan dengan partisipasi semua orang yang dapat menjelaskan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada kantor berita negara RIA, Rabu, 8 November 2023, yang juga menyebut informasi mengenai sabotase itu sengaja ditanamkan.
The New York Times, mengutip sumber di intelijen yang dievaluasi oleh pejabat Amerika Serikat dan melaporkannya pada Selasa, 7 Maret 2023, kelompok pro-Ukraina grup ditengarai bertanggung jawab meledakkan pipa gas Nord Stream pada September 2022. Ledakan itu mengalir di bawah Laut Baltik antara Rusia dan Jerman.
Kelompok pro-Ukraina kemungkinan besar terdiri dari orang Ukraina atau Rusia. Stasiun penyiaran ARD Jerman dan surat kabar Die Zeit mewartakan serangan itu diduga dilakukan oleh lima laki-laki dan seorang perempuan yang menyewa kapal pesiar dan menggunakan paspor palsu.
Pemegang saham Nord Stream 1 adalah BUMN bidang energi asal Rusia Gazprom, Wintershall DEA AG asal Jerman, E.ON, NV Nederlandse Gasunie dari Belanda dan Engie asal Prancis.
Gazprom adalah satu-satunya pemegang saham dalam pipa paralel Nord Stream 2, yang dibangun dengan pembiayaan dari Wintershall DEA, Engie, OMV Austria, Shell dan Uniper Jerman.
Kejahatan Mengerikan
Rusia telah berulang kali mengeluh karena dikecualikan dari penyelidikan Eropa atas ledakan tersebut.
"Kami masih tidak diizinkan (terlibat) dalam penyelidikan. Hanya beberapa hari yang lalu kami menerima catatan tentang ini dari Denmark dan Swedia. Ini bukan hanya aneh, namun baunya seperti kejahatan yang mengerikan," kata Peskov.
Ledakan bawah laut terjadi di ZEE Swedia dan Denmark di Laut Baltik. Kedua negara menyimpulkan ledakan itu disengaja, tetapi belum mengatakan siapa yang mungkin bertanggung jawab. Insiden terjadi tujuh bulan setelah konflik Rusia-Ukraina
Rusia, tanpa memberikan bukti, berkali-kali menuduh Inggris dan Amerika Serikat meledakkan pipa. Kedua negara membantah keterlibatan.
Jurnalis investigasi asal Amerika Serikat Seymour Hersh melalui blognya pada bulan lalu, menuduh Gedung Putih berada di belakang ledakan pipa gas Nord Stream. Narasi yang berkembang soal Nord Stream, menurutnya sebuah fiksi yang benar-benar palsu dan lengkap.
Hersh adalah mantan reporter New York Times dan berasal dari New York yang memenangkan banyak penghargaan untuk jurnalisme investigasinya, di antaranya tentang Perang Vietnam dan Skandal Abu Ghraib 2004 setelah invasi Amerika Serikat ke Irak.
REUTERS
Pilihan Editor: Ajudan Zelensky Bantah Ukraina Sabotase Nord Stream