TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok pria bersenjata menembak mati gubernur di Filipina tengah, dan menewaskan lima orang lainnya pada Sabtu lalu.
Roel Degamo, gubernur provinsi Negros Oriental, dan lima orang lainnya tewas dalam penembakan itu, kata istri gubernur Filipina yang ditembak.
Polisi mengatakan. enam tersangka membawa senapan dan mengenakan seragam yang mirip dengan yang dikenakan oleh angkatan bersenjata, memasuki rumah gubernur di Kota Pamplona dan melepaskan tembakan.
"Gubernur Degamo tidak pantas menerima kematian seperti itu. Dia melayani konstituennya pada hari Sabtu," kata Janice Degamo, yang juga Wali Kota Pamplona dalam sebuah video yang diposting di Facebook.
Presiden Ferdinand Marcos Jr mengutuk "pembunuhan" sekutu politiknya dan memperingatkan para pelaku untuk "menyerah sekarang, itu akan menjadi pilihan terbaik Anda".
"Pemerintah saya tidak akan berhenti sampai kami membawa para pelaku kejahatan pengecut dan keji ini ke pengadilan," ujar Marcos.
Kondisi empat orang lainnya yang tertembak dalam insiden itu tidak diungkapkan.
Polisi mengatakan sedang mencari 10 tersangka, termasuk enam pria bersenjata, yang melarikan diri dari tempat kejadian dengan dua SUV dan sebuah truk pikap. Para pelaku kemudian meninggalkan kendaraan tersebut di kota terdekat.
Menteri Pemerintah Dalam Negeri dan Lokal Benjamin Abalos mengimbau saksi untuk maju dan membantu polisi "mendapatkan keadilan" untuk Degamo.
Degamo, adalah target terhadap politisi terbaru dalam sejarah panjang serangan Filipina. Dia setidaknya menjadi orang ketiga yang ditembak sejak pemilihan umum tahun lalu.
Mahkamah Agung bulan lalu menyatakan dia sebagai pemenang yang sah dari pemilihan gubernur Negros Oriental menyusul penghitungan ulang yang menggulingkan saingan lokalnya, yang sebelumnya dinyatakan sebagai pemenang.
Degamo, 56 tahun, juga berkampanye untuk Marcos selama pencalonannya sebagai presiden tahun lalu.
Mamintal Adiong, gubernur provinsi selatan Lanao del Sur, ditembak dan terluka pada Februari dalam serangan yang menewaskan sopirnya dan tiga pengawal polisi.
Pada bulan yang sama, wakil wali kota kota Aparri di utara, Rommel Alameda, dan lima orang lainnya yang bepergian bersamanya ditembak mati dalam penyergapan di jalan raya.
Serangan bermotivasi politik paling berdarah di Filipina terjadi pada 2009. Serangan itu menewaskan 58 orang, termasuk istri dan kerabat politisi, bersama dengan 32 jurnalis dan pekerja media yang meliput kampanye pemilihan gubernur di provinsi Maguindanao.
Para pemimpin klan selatan yang kuat dan sekitar dua lusin pengikutnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas terhadap pendukung saingan pemilihan gubernur di provinsi Maguindanao.
Pilihan Editor: Wali Kota Filipina dan Pengawalnya Tewas dalam Baku Tembak dengan Polisi
ABC NEWS