TEMPO.CO, Jakarta - Wali kota Filipina bersama dua pengawalnya tewas dalam baku tembak dengan polisi dalam insiden yang tidak disengaja.
Wali kota Calbayog, Ronald Aquino, dan dua pengawalnya tewas dalam adu tembak Senin sore. Menurut laporan Philippine News Agency, 9 Maret 2021, para korban berada di dalam sebuah van putih yang melintasi Jembatan Laboyao di desa kota Lonoy ke arah utara, ketika baku tembak dengan tim anti-narkoba polisi yang mengendarai dua mobil sekitar pukul 5:30 sore.
Tiga pengawal Aquino membalas tembakan. Wali kota dan dua personel keamanannya tewas di tempat sementara seorang pengawal lain dibawa oleh beberapa warga ke rumah sakit terdekat.
Juru bicara polisi mengatakan pada Selasa bahwa tembakan pertama kali datang dari kendaraan yang membawa wali kota Ronaldo Aquino dari Calbayog City, dan kemudian memicu baku tembak antara kelompoknya dan petugas anti-narkoba polisi, yang mengakibatkan kematian wali kota dan lima pria lainnya.
"Tembakan pertama datang dari kendaraan yang ditumpangi Wali Kota Aquino," kata Letkol Maria Bella Rentuaya, petugas penerangan Kantor Wilayah Kepolisian di Visayas Timur, dikutip dari Inquirer.
Rentuaya mengatakan Aquino dan rombongannya mengira kendaraan di belakang mereka sedang membuntuti mereka. Kendaraan di belakang mobil wali kota membawa petugas dari Satuan Polisi Narkoba (PDEU), katanya.
Namun dia menolak menjelaskan mengapa petugas PDEU mengikuti wali kota pada Senin sore.
Rentuaya mengatakan satuan tugas yang dikepalai oleh Kolonel Polisi Edwin Wagan, wakil direktur operasi daerah, telah dibentuk untuk melakukan penyelidikan "menyeluruh".
Kendaraan yang digunakan Wali kota Calbayog City Ronald Aquino dan ketiga pengawalnya saat disergap oleh polisi, 8 Maret 2021. Wali kota dan dua personel keamanannya tewas di tempat, sementara seorang dilarikan ke rumah sakit terdekat.[Philipphine News Agency]
Brigjen Polisi Jenderal Ildebrandi Usana, juru bicara Kepolisian Nasional Filipina (PNP), mengatakan rincian tentang insiden itu masih samar karena penyelidik masih mengumpulkan informasi tentang bagaimana anggota Samar PDEU dan Kelompok Pemantauan dan Penegakan Integritas PNP setempat bisa terlibat baku tembak dengan pengawal Aquino.
Dia mengatakan PNP telah memastikan bahwa anggota polisi yang terlibat baku tembak sedang memeriksa kesiapan operasional unit PNP di daerah tersebut.
Usana mengatakan Aquino bukan subjek operasi polisi dan para petugas hanya melakukan perjalanan ke arah yang sama dengan wali kota.
Dia mengatakan petugas yang terlibat dalam baku tembak mengklaim bahwa mereka tidak mengetahui bahwa wali kota berada di dalam kendaraan yang menembaki mereka.
Selain Aquino, korban tewas di dalam mobil Toyota Hi-Ace Van milik wali kota adalah sopirnya, Dennis Abayon, dan pengawalnya, Sersan Staf Rodeo Sario. Seorang pegawai balai kota, Mansfield Labonite, juga terluka.
Clint Jan Paul Yaunder, pegawai balai kota lainnya, terbunuh oleh peluru nyasar di dalam mobil yang lewat yang dikemudikan oleh ayahnya tanpa cedera.
Yang tewas di dalam kendaraan tim PDEU adalah Kapten Polisi Joselito Tabada, Kepala Satuan Anti Narkoba Provinsi, dan Sersan Staf Romeo Laoyon dari kelompok intelijen provinsi di Samar. Tabada juga pernah menjadi kepala kantor polisi kota Gandara.
Sersan Staf Neil Cebu, yang ditugaskan ke unit K9 dari kantor polisi Samar, juga terluka.
Ronald Aquino, 59 tahun, yang berada di masa jabatan terakhirnya dan salah satu pendukung Partai Liberal di Samar, tidak masuk dalam daftar target operasi narkoba Presiden Duterte.
Baca juga: Sembilan Aktivis Filipina Terbunuh Usai Duterte Minta Komunis Dihabisi
Sebuah laporan polisi awal mengatakan Aquino sedang dalam perjalanan ke Villa Marcelina milik keluarga untuk menghadiri perayaan ulang tahun putranya, Mark, setelah pertandingan tenis di Calbayog Sports Complex di Barangay Capoocan pada jam 5:30 sore.
Dia dan kelompoknya sedang melakukan perjalanan melalui Barangay Lonoy ketika mereka melihat dua kendaraan di belakang mereka. Kelompok itu lantas curiga dan menembaki kendaraan, memicu baku tembak, menurut laporan polisi.
Anggota parlemen Filipina, Edgar Mary Sarmiento, sekutu politik wali kota Filipina yang terbunuh, menolak laporan versi polisi dan berjanji untuk mencari keadilan bagi Aquino dan menduga ada motif politik.