TEMPO.CO, Jakarta - Italia menangkap tiga orang yang diyakini terlibat pemberangkatan 200 migran dengan kapal kayu yang hancur karena menbarak karang di lepas pantai Italia selatan akhir pekan lalu. Insiden itu menewaskan sedikitnya 64 orang.
Letnan Kolonel Alberto Lippolis mengatakan seorang pria Turki dan dua warga negara Pakistan memaksa kapal mengarungi lautan dari Turki ke Italia meskipun cuaca buruk. Para penyintas disebut telah mengidentifikasi mereka sebagai penyebab utama tragedi itu.
"Menurut penyelidikan awal, mereka diduga meminta masing-masing migran sekitar 8.000 euro (atau hampir Rp130 juta untuk perjalanan maut itu. Ketiganya telah ditangkap," kata Lippolis, yang menjabat sebagai komandan tim polisi keuangan di wilayah Calabria, Selasa, 28 Februari 2023.
Sumber di pengadilan, seperti dikutip Reuters, menyebut, salah satu warga Pakistan masih di bawah umur. Dia menambahkan, polisi sedang mencari tersangka keempat, yang berkewarganegaraan Turki.
Kapal itu menabrak karang dan pecah pada Minggu dini hari, 26 Februari 2023, di laut yang deras di dekat kota Steccato di Cutro di ujung Italia.
Tim penyelamat menarik seorang korban tewas dari laut pada Selasa, sehingga jumlah korban menjadi 64, termasuk 14 anak-anak. Sebanyak 80 orang selamat, mengatakan bahwa kapal tersebut membawa antara 150 hingga 200 migran.
"Kami akan terus mencari sampai kami yakin telah menemukan semua orang," kata Rocco Mortato, anggota tim penyelam bawah air dari pemadam kebakaran.
Kapal itu berlayar dari pelabuhan Izmir di Turki barat menjelang akhir pekan lalu. Tim penyelamat mengatakan sebagian besar migran berasal dari Afghanistan, dan beberapa dari Pakistan, Iran, Somalia dan Suriah.
Tragedi itu telah memicu perdebatan tentang migrasi di Eropa dan Italia. Undang-undang baru yang keras dari pemerintah sayap kanan terhadap migran menuai kritik dari PBB dan pihak lain.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, dalam sebuah wawancara pada Senin, 27 Februari 2023, mengatakan, dia telah menulis kepada lembaga-lembaga Uni Eropa, menyerukan tindakan cepat menghentikan perjalanan kapal migran untuk mencegah lebih banyak kematian.
"Semakin banyak orang pergi, semakin besar risiko kematian," katanya kepada televisi publik RAI. "Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini secara serius, dengan kemanusiaan, adalah dengan menghentikan keberangkatan."
Ratusan ribu migran masuk Italia dengan perahu selama dekade terakhir, melarikan diri dari konflik dan kemiskinan.
Program ‘Migran Hilang’ PBB telah mencatat lebih dari 20.000 kematian dan penghilangan migran di Mediterania tengah sejak 2014, termasuk lebih dari 220 tahun ini. Ini menunjukkan wilayah itu sebagai rute migran paling berbahaya di dunia.
Pilihan editor Australia Buat Drone Tempur Canggih, Jangkauan 800 Km dan Naik Turun Vertikal
REUTERS