TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menilai bahwa pemimpin China Xi Jinping memiliki masalah besar, termasuk ekonomi negaranya yang rapuh. Ia meyakini timpalannya itu punya keterbatasan dalam menghadapinya.
"Bisakah Anda memikirkan pemimpin dunia lain yang bertukar tempat dengan Xi Jinping? Saya tidak bisa memikirkannya. Pria ini memiliki masalah yang sangat besar," kata Biden dalam sebuah wawancara dengan PBS NewsHour, Rabu, 8 Februari 2023, seperti dikutip France 24.
Pemimpin Partai Demokrat itu meyakini Xi sebenarnya memiliki potensi besar. Namun, Biden mengatakan, sejauh ini ekonomi China tidak berjalan dengan baik.
Untuk menghadapi Amerika Serikat, Biden melihat, China dibatasi kemampuannya oleh kebutuhan untuk melindungi perdagangan internasional. Dia beranggapan Xi berada dalam posisi yang tidak menyenangkan.
Menurut Biden, Xi juga mengakui kemampuannya yang terbatas untuk bermanuver dalam konfrontasi dengan negara-negara Barat. Dia menunjuk ke dukungan China yang sejauh ini relatif tidak terdengar untuk sekutunya Rusia, dalam invasi ke Ukraina.
Alasannya, menurut Biden, Xi telah mengambil pelajaran dari tanggapan Barat yang luar biasa terhadap Rusia, termasuk pengenaan sanksi ekonomi yang kuat. "Saya meneleponnya musim panas ini untuk mengatakan, 'Ini bukan ancaman, hanya pengamatan – lihat apa yang terjadi pada Rusia,'" ujarnya.
Menggarisbawahi percakapan dengan Xi, Biden mengatakan, 600 perusahaan AS telah keluar dari Rusia sejak invasi dimulai di Ukraina setahun lalu.
"Saya berkata, 'Anda telah memberi tahu saya selama ini bahwa alasan mengapa Anda membutuhkan hubungan dengan Amerika Serikat dan Eropa adalah agar mereka berinvestasi di China. 'Siapa yang akan berinvestasi di China jika Anda terlibat dalam kesepakatan yang sama?'" kata Biden mengingat percakapan dengan XI
Biden bertemu secara tatap muka dengan Xi pada November lalu di sela-sela KTT G20 di Bali. Persamuhan itu pertama kalinya sejak dia menjadi Presiden AS pada 2021. Mereka juga berbicara dalam lima panggilan telepon atau video dalam kurun itu.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pekan lalu mengumumkan pembatalan perjalanan ke Beijing pada menit-menit terakhir. Penyebabnya ketegangan kembali berkobar karena munculnya balon mata-mata China di ketinggian di atas Amerika Serikat.
Balon itu ditembak jatuh oleh Angkatan Udara AS pada akhir pekan lalu. Amerika Serikat mengatakan balon, yang terbang di atas lokasi militer yang sensitif, adalah perangkat spionase. China menyebut balon itu hanya alat untuk mempelajari cuaca.
Pilihan editor: Militer AS Kumpulkan Serpihan Balon Mata-mata China, Republik Nilai Biden Lemah
France 24