TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban tewas dari longsor besar yang melanda Peru selatan naik menjadi setidaknya 15 orang, pada Selasa, 7 Februari 2023, menurut penghitungan pemerintahan, setelah puluhan rumah ditenggelamkan tanah dan lumpur menyusul hujan sangat deras pekan lalu.
Sekitar 20 orang lainnya terluka setelah longsor menghantam wilayah dekat kota pinggir sungai Secocha, sekitar 200 km di sebelah barat laut kota Arequipa, Minggu. Dua orang masih hilang, kata pihak berwenang.
Setidaknya 10 rumah hancur, menurut layanan kedaruratan nasional, meskipun jumlah tersebut kemungkinan naik signifikan, dengan 310 rumah dilaporkan rusak sejauh ini.
Video tentang longsor tersebut merekam sebuah jalan kota yang landai berubah menjadi sungai lumpur, bebatuan dan puing-puing yang deras, segera merobohkan rumah-rumah dan bangunan-bangunan lain yang dilewati. Penduduk lokal meneriaki mereka yang berada di jalurnya untuk berlari.
Sementara itu, gambar-gambar udara dari atas Secocha oleh radio lokal Victoria, menunjukkan sebagian besar kawasan lereng bukit telanjang tanpa menyisakan tumbuhan apa pun karena tersapu longsor, sementara tumpukan tanah yang tinggi berada di bawah di mana rumah-rumah sebelumnya berdiri.
William Alvarado, walikota salah satu distrik di area yang paling terpukul, mengatakan 1000 keluarga terdampak, hampir semuanya parah. “Kami bisa katakan bahwa rumah-rumah dari 90% keluarga yang terdampak benar-benar hancur,” katanya.
Presiden Dina Boluarte terbang di atas zona bencana, Selasa pagi, untuk mengamati kerusakan. Pada konferensi pers di sore hari, ia mengucapkan belasungkawa terhadap korban, menandai upaya awal pemerintah untuk membantu, dan mengatakan bahwa upaya pembersihan longsor di masa lalu kerap mengalami penundaan yang besar.
“Kami akan menunjukkan perbedaan yang besar sehingga dalam waktu yang singkat kita akan pulih secepat mungkin,” katanya.
Bersama dengan para pejabat lokal, Boluarte berpose di depan tumpukan paket bantuan untuk dibagikan.
Longsor maut itu menyusul dua bulan perseteruan politik yang intens di negara yang ditandai oleh protes-protes anti-pemerintah yang kerap disertai kekerasan yang menargetkan pemerintahan sementara Boluarte.
Kerusuhan sebagian besar berpusat di daerah terdekat di selatan Andean Peru dan dipicu oleh penggulingan mantan Presiden Pedro Castillo pada awal Desember.
REUTERS
Pilihan Berita: Kemlu Selandia Baru Angkat Bicara soal Pilot Susi Air Disandera KKB Papua