TEMPO.CO, Jakarta - Pervez Musharraf, jenderal bintang empat yang memerintah Pakistan selama hampir satu dekade setelah merebut kekuasaan dalam kudeta tak berdarah pada 1999, mengawasi pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berusaha mengantarkan nilai-nilai sosial liberal di negara Muslim konservatif itu.
Baca juga: Mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf Meninggal di Dubai
Musharraf, 79 tahun, meninggal di rumah sakit setelah lama sakit dan menghabiskan bertahun-tahun di pengasingan, media Pakistan melaporkan pada Minggu 5 Februari 2023. Dia menikmati dukungan kuat publik selama bertahun-tahun. Namun, ancaman terbesarnya yakni kelompok ekstremis Al Qaeda dan Islamis militan lainnya, mencoba membunuhnya setidaknya tiga kali.
Dukungan publik kemudian menurun seiring penggunaan kekuatan militernya untuk memadamkan perbedaan pendapat. Dukungannya yang terus menerus kepada Amerika Serikat dalam perjuangannya melawan al Qaeda dan Taliban Afghanistan akhirnya menyebabkan kejatuhannya.
Lahir di New Delhi pada 1943, Musharraf berusia empat tahun ketika orang tuanya bergabung dengan eksodus massal umat Islam ke negara bagian Pakistan yang baru dibentuk. Ayahnya bertugas di kementerian luar negeri, sedangkan ibunya adalah seorang guru. Keluarganya menganut Islam yang moderat dan toleran.
Dia bergabung dengan tentara pada usia 18 tahun, dan kemudian memimpin unit komando elit sebelum naik hingga ke tampuk tertinggi. Dia mengambil alih kekuasaan dengan menggulingkan perdana menteri saat itu, Nawaz Sharif.
Musharraf nyaris dipecat karena memberi lampu hijau operasi militer untuk menyerang wilayah Kashmir yang dikuasai India, membawa Pakistan dan India ke ambang perang.
Pada tahun-tahun awalnya di pemerintahan, Musharraf mendapat pujian internasional atas upaya reformisnya. Ia mendorong melalui undang-undang untuk melindungi hak-hak perempuan dan mengizinkan saluran berita swasta beroperasi untuk pertama kalinya.
Kegemarannya pada cerutu dan wiski impor serta seruannya agar umat Islam mengadopsi gaya hidup "moderasi yang tercerahkan," meningkatkan daya tariknya di Barat setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.