Sebelum berangkat ke luar negeri, Irfan membeli pisau di minimarket pada Agustus 2022. Menurut ISD, rencananya adalah menikam dan membunuh “kafir” di lorong-lorong gelap dan mengambil barang-barang pribadi mereka sebagai rampasan perang untuk pasukan terorisnya. Kafir, dalam pandangannya, termasuk nonmuslim, muslim Syiah dan Sufi.
Irfan juga memiliki rencana untuk melakukan serangan massal terhadap Amoy Quee Camp di Ang Mo Kio, di mana markas Korps Kadet Nasional berada. Terinspirasi dari video bom mobil yang dilakukan kelompok ISIS, Irfan ingin merekrut seorang pelaku bom bunuh diri yang akan melancarkan serangan di gerbang kamp.
ISD mengatakan Irfan bermaksud memimpin pasukannya untuk menyerang penjaga yang tersisa di gerbang menggunakan senjata sederhana seperti kapak dan pisau, dan mencuri senjata api dari pos jaga.
Menanggapi pertanyaan media, Kementerian Pertahanan (MINDEF) mengatakan Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) telah menerapkan sistem dan tindakan untuk mencegah, mendeteksi, dan menanggapi berbagai ancaman keamanan di kampnya.
Ada prosedur keamanan ketat yang mengatur akses personel ke kamp SAF, dengan pasukan keamanan dan penjaga resimen dikerahkan, dibantu oleh teknologi seperti sistem pengawasan dan sensor tak berawak.
"Petugas kami juga diberi pengarahan tentang potensi ancaman, dan dididik tentang bagaimana mereka harus mewaspadai dan menanggapi aktivitas dan tanda yang mencurigakan, termasuk yang terkait dengan radikalisme dan ekstremisme," kata MINDEF.
"SAF meninjau sistem dan tindakan keamanan kamp kami secara teratur. Kami juga mengingatkan personel keamanan dan personel layanan kami secara berkala, dan menggunakan kejadian ini sebagai contoh, tentang perlunya menjaga kewaspadaan mereka."
Target Makam Masjid
Rencana lain yang dipertimbangkan Irfan adalah serangan bom di Keramat Habib Noh, kuburan di Masjid Haji Muhammad Salleh, yang menurutnya tidak Islami. Dia telah mengunduh manual pembuatan bom secara online, berniat membuat bahan peledak rakitan untuk meratakan kuburan.
Menurut ISD, pada saat penangkapannya, rencana Irfan melawan kubu Amoy Quee dan Keramat Habib Noh belum melampaui tahap ide.
Dengan penambahan kasus Irfan, sembilan pemuda Singapura--berusia 20 tahun ke bawah--telah ditahan atau diberi perintah pembatasan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri sejak 2015.