DIHANCURKAN OLEH KEKERASAN
Paus Fransiskus dan Presiden Republik Demokratik Kongo Felix Tshisekedi duduk di atas panggung dalam pertemuan dengan pihak berwenang, pemimpin masyarakat sipil dan korps diplomatik di Palais de la Nation pada hari pertama perjalanan apostolik Paus Fransiskus, di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, 31 Januari 2023. Simone Risoluti/Vatican Media/Handout via REUTERS
Diperkirakan 5,7 juta orang mengungsi di Kongo dan 26 juta menghadapi kelaparan parah, sebagian besar karena dampak konflik bersenjata, menurut PBB.
Sekitar setengah dari 90 juta penduduk Kongo adalah Katolik Roma. Gereja memainkan peran penting dalam menjalankan sekolah dan fasilitas kesehatan di negara Afrika tengah yang luas itu, serta mempromosikan demokrasi.
Paus mengkritik negara-negara kaya karena mengabaikan tragedi yang terjadi di Kongo dan tempat lain di Afrika.
"Ada kesan bahwa komunitas internasional secara praktis telah pasrah dengan kekerasan yang melahapnya (Kongo). Kita tidak bisa terbiasa dengan pertumpahan darah yang menandai negara ini selama beberapa dekade, menyebabkan jutaan kematian," katanya.
Tshisekedi membuat poin serupa, "Sementara komunitas internasional tetap pasif dan diam, lebih dari 10 juta orang telah dibunuh secara mengerikan."
Pertama kali dijadwalkan pada Juli lalu, perjalanan Paus ditunda karena penyakit lutut kronis yang kambuh. Paus Fransiskus awalnya berencana untuk melakukan perjalanan ke Goma, di Kongo timur, tetapi pemberhentian itu dibatalkan karena meningkatnya pertempuran antara pemberontak M23 dan pasukan pemerintah.
Dalam referensi yang jelas untuk M23 dan milisi lain yang aktif di wilayah timur Kongo, Paus mengatakan orang-orang Kongo berjuang untuk mempertahankan integritas teritorial mereka "melawan upaya menyedihkan untuk memecah belah negara".
Pada Rabu 1 Februari 2023, Fransiskus merayakan Misa di bandara Kinshasa yang diperkirakan akan menarik lebih dari satu juta orang. Ia juga akan menemui korban kekerasan dari timur.
Paus Fransiskus akan tinggal di Kinshasa sampai Jumat pagi, kemudian terbang ke Sudan Selatan, negara Afrika lainnya yang juga bergulat dengan konflik dan kemiskinan.
Dia akan ditemani oleh Uskup Agung Canterbury, pemimpin Gereja Kristen Anglikan, dan Moderator Gereja Skotlandia. Para pemimpin agama menggambarkan kunjungan bersama mereka sebagai "ziarah perdamaian" ke negara termuda di dunia.
Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan pada 2011 dari Sudan yang mayoritas Muslim setelah puluhan tahun konflik. Dua tahun kemudian konflik antaretnis berkembang menjadi perang saudara yang menewaskan 400.000 orang. Kesepakatan 2018 menghentikan pertempuran terburuk.
Baca juga: Sambutan Meriah Kedatangan Paus Fransiskus di Republik Demokratik Kongo
REUTERS (Fatima Asni Soares)