TEMPO.CO, Jakarta - Seorang guru sekolah di London, Lucy Preston, akan melewatkan ulang tahun ke-4 putranya, Kamis, karena ia harus menjalani pekerjaan kedua pada malam hari sebagai guru privat untuk memastikan ia dapat membayar penitipan anak yang hipoteknya, seperti yang dilansir Reuters, Selasa, 31 Januari 2023.
Baca Juga: Operasi Penyelamatan Berlanjut setelah Bom Pakistan Tewaskan 92 Orang
Sehari sebelumnya, dengan harapan mendapatkan kenaikan gaji yang memberikannya anggaran rumah tangga yang longgar, ibu tunggal dari dua anak ini akan bergabung dengan 120.000 guru lainnya dalam barisan mogok kerja.
Guru-guru dari seluruh Inggris dan Wales untuk mogok kerja, Rabu, 1 Februari 2023, setelah satu dekade pendapatan yang sangat kecil di sistem sekolah yang didanai pemerintahan sehingga banyak yang mengambil pekerjaan kedua atau meninggalkan profesi itu.
Ratusan ribu pekerja lain, termasuk staf kereta api dan pegawai negeri juga akan mogok massal, Rabu, dan menjadikan hari itu sebagai hari pemogokan terbesar di Inggris dalam beberapa dekade ketika diukur dari ragam industri yang dicakup.
Serikat Pendidikan Nasional (NEU), yang mengorganisasi mogok guru, meminta penghargaan gaji di atas inflasi yang didanai sepenuhnya oleh pemerintah, sehingga sekolah-sekolah dapat menutup ongkos-ongkos lain, mulai dari alat tulis hingga buku bacaan. Dengan inflasi yang mencapai dua digit tahun lalu, para guru mengalami pemotongan gaji riil sebanyak 23% sejak 2010, kata serikat itu.
Preston mengatakan pembayaran hipotek memakan hingga dua pertiga gaji perbulannya yang sebesar 1800 pounds (sekitar Rp 33 juta), memaksanya mencari cara lain untuk menghasilkan uang, seperti menyewakan satu kamar di rumahnya dan membeli makanan beku yang lebih murah sebagai ganti produk-produk segar.
"Tekanannya sangat tak bisa dipercaya. Setiap bulan adalah sebuah perjuangan,” kata Preston, yang bekerja sebagai guru sejak 2011.