TEMPO.CO, Jakarta - Amazon.com akan memberhentikan lebih dari 18.000 orang sebagai bagian dari pengurangan tenaga kerja yang diungkapkan sebelumnya, kata Chief Executive Andy Jassy dalam pernyataan keterbukaan publik, Rabu, 4 Januari 2022.
Keputusan PHK, yang akan dikomunikasikan Amazon mulai 18 Januari, sebagian besar akan berdampak pada organisasi e-commerce dan sumber daya manusia perusahaan, katanya.
Pemotongan tersebut mencapai 6% dari sekitar 300.000 orang tenaga kerja Amazon dan mewakili perubahan cepat bagi perusahaan itu yang baru-baru ini menggandakan batas gaji dasarnya untuk bersaing lebih agresif guna mendapatkan bakat.
Amazon memiliki lebih dari 1,5 juta pekerja termasuk staf gudang, menjadikannya perusahaan swasta terbesar kedua di Amerika setelah Walmart.
Sahamnya naik 2% dalam perdagangan setelah jam kerja.
Jassy mengatakan dalam catatan bahwa perencanaan tahunan "menjadi lebih sulit mengingat ekonomi yang tidak menentu dan kami telah merekrut dengan cepat selama beberapa tahun terakhir."
Amazon telah bersiap untuk kemungkinan pertumbuhan yang lebih lambat karena inflasi melonjak mendorong bisnis dan konsumen untuk mengurangi pengeluaran dan harga sahamnya telah turun setengahnya dalam setahun terakhir.
Perusahaan mulai melepaskan staf pada November dari divisi perangkatnya, dengan target wakytu itu 10.000 PHK.
Industri teknologi memberhentikan lebih dari 150.000 pekerja pada 2022, menurut situs pelacakan Layoffs.fyi, jumlah yang terus bertambah. Salesforce Inc mengatakan pada hari Rabu pihaknya berencana untuk memangkas sekitar 10% staf, yang jumlahnya hampir 8.000 pada 31 Oktober.
Pembalikan kekayaan Amazon sangat mencolok. Ketika penguncian, perusahaan ini mencatat kemajuan untuk mengirimkan barang ke rumah-rumah yang terkena pembatasan. Namun setelah itu, situasi berubah sehingga menyebabkan PHK menyalip Meta Platforms yang memecat 11 ribu pegawai.
Catatan Jassy mengikuti laporan di Wall Street Journal bahwa pengurangan itu akan lebih dari 17.000 pekerjaan. Dia mengatakan Amazon memilih untuk mengungkapkan berita tersebut sebelum memberi tahu staf yang terkena dampak karena adanya kebocoran.
Amazon masih harus mengajukan pemberitahuan hukum tertentu tentang PHK massal, dan berencana untuk membayar pesangon. "Amazon telah melewati ekonomi yang tidak pasti dan sulit di masa lalu, dan kami akan terus melakukannya."