TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair melihat Presiden Rusia Vladimir Putin harus didorong agar mau merangkul nilai-nilai Barat dan diberi posisi mengambil keputusan setelah terpilih dalam pemilu tahun 2000.
Pandangan Blair itu dipublikasi oleh National Archives pada Jumat, 30 Desember 2022, di mana Putin digambarkan oleh Blair sebagai seorang patriot asal Rusia, yang menyadari Rusia telah kehilangan rasa hormat dari dunia dalam sebuah pertemuan dengan Wakil Presiden Amerika Serikat pada 2001, Dick Cheney.
Tony Blair. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Baca juga: Di Forum B20 Summit, Tony Blair Sebut IKN Bentuk Pemerataan Pembangunan
Blair menilai saat ini yang terbaik adalah mendorong Presiden Putin agar mau menyamai sikap dengan negara-negara Barat, bahkan mengikut model ekonomi Barat.
Dalam National Archives dituliskan Presiden Putin pernah mencoba meyakinkan Blair kalau dia tidak mau dianggap anti-NATO. Kendati begitu, tetap saja dia mencoba menempatkan sejumlah perwira aktif agar melawan kepentingan Inggris di berbagai dunia.
Blair, 69 tahun, menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris periode 1997 – 2007. Dia pernah juga menjabat sebagai Ketua Partai Buruh dari 1994 sampai 2007.
Sedangkan Putin, menjabat sebagai Perdana Menteri Rusia pada 1999 – 2000 dan 2008 – 2012. Dia menjabat sebagai Presiden Rusia periode 2000 – sampai 2008 dan periode 2012 sampai sekarang.
Ukraina adalah negara bekas pecahan Uni Soviet, yang ingin menjadi negara anggota NATO dan Uni Eropa. Tindakan Ukraina itu, dipandang Moskow bisa mengancam keamanan dan pengaruh Rusia.
Sumber: RT.com
Baca juga: Putin Kirim Pesan Tahun Baru: Barat Gunakan Ukraina untuk Hancurkan Rusia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.