TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengucilkan bantuan terbaru Amerika Serikat ke Ukraina termasuk sistem pertahanan udara dalam bentuk rudal Patriot. Mengaku terbuka dengan segala kemungkinan diplomatik untuk mengakhiri perang, Putin menyebut pasokan senjata baru Washington ke Kyiv itu sebuah upaya memperpanjang agresi.
Baca: Putin Ingin Akhiri Perang Ukraina: Lebih Cepat Lebih Baik
Media Rusia TASS, mengutip pernyataan Putin, mengatakan sistem rudal Patriot yang dijanjikan AS untuk diberikan ke Ukraina adalah sistem yang agak tua dan tidak berfungsi seperti sistem S-300 Rusia.
"Penangkalnya akan ditemukan dan (tentu) kami juga akan menghancurkan rudal Patriot. (Pengiriman) Itu tidak lain adalah upaya untuk memperpanjang konflik, itu saja," kata Putin saat tanya jawab dengan pers di Kremlin, Moskow, pada Kamis, 22 Desember 2022.
Saat kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Washington, Pemerintahan Joe Biden menggelontorkan bantuan militer tambahan senilai US$1,85 miliar atau sekitar Rp 28,8 triliun untuk Ukraina, termasuk sistem pertahanan udara Patriot untuk membantunya menangkal rentetan rudal Rusia. Zelensky mengatakan sistem Patriot merupakan langkah penting dalam menciptakan perisai udara.
Zelensky melakukan perjalanan pertamanya ke luar Ukraina sejak perang dimulai pada Februari lalu. Setelah disambut Biden di Gedung Putih, Zelensky berpidato di Kongres Amerika Serikat pada Rabu, 21 Desember 2022, demi meyakinkan bantuan senjata terus mengalir untuk melawan Rusia.
Kongres Amerika Serikat hampir menyetujui tambahan US$ 44,9 miliar bantuan militer dan ekonomi darurat. Sejauh ini Amerika Serikat sudah mengirim US$ 50 miliar ke Ukraina, yang dilanda konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Zelensky sendiri berharap dukungan AS berlanjut pada 2023.
Pertemuan Zelensky dengan Biden di Washington secara tatap muka menandai titik tertinggi dalam hubungan antara Ukraina dan sekutu terpentingnya. Kekuatan Barat sejak invasi telah melangkah untuk memasok Ukraina dengan senjata dan bantuan, mengambil jutaan pengungsi dan menjatuhkan sanksi berat pada Rusia.
Putin, dalam jumpa persnya, mengklaim situasi sempurna hanya ada di atas kertas, akan tetapi Rusia berhasil melewati tahun ini dengan "cukup stabil". Situasi saat ini tidak menghalangi Rusia untuk mengimplementasikan rencananya untuk masa depan. Semua tujuan pasti akan tercapai.
"Operasi militer khusus terpaksa harus dilancarkan," kata Putin. Dia menambahkan, ekonomi Rusia berkinerja lebih baik daripada banyak negara G20 dan tidak ada indikator yang mengganggu.
Belum Ada Tanda Damai
Putin meluncurkan "operasi militer khusus" di Ukraina pada Februari 2022, untuk menyingkirkan kaum nasionalis dan melindungi komunitas berbahasa Rusia. Ukraina dan Barat menggambarkan tindakan Rusia sebagai perang agresi yang tidak dapat dibenarkan.
Ukraina telah berulang kali diserang Rusia yang menargetkan infrastruktur energinya dalam beberapa pekan terakhir. Akibatnya, jutaan warga Ukraina hidup tanpa listrik atau air mengalir di tengah musim dingin yang membekukan.
Militer Ukraina pada Rabu, 21 Desember 2022, melaporkan tentara Rusia menyerang sasaran di wilayah Zaporizhzhia sehingga mendorong pasukan Ukraina bergerak maju ke dekat kota Bakhmut dan Avdiivka, yang babak belur. Dua Kota ini telah menjadi titik fokus pertempuran di wilayah Donetsk.
Rusia berulang kali menyatakan terbuka untuk bernegosiasi. "Tujuan kami bukan untuk memutar roda konflik militer, tetapi sebaliknya, untuk mengakhiri perang ini. Kami akan berusaha untuk mengakhiri perang ini, dan tentu saja lebih cepat lebih baik," kata Putin kepada wartawan Kremlin kemarin.
Sementara Ukraina dan sekutunya mencurigai bahwa itu hanya taktik untuk mengulur waktu setelah serangkaian kekalahan dan kemunduran bagi Rusia. Barat melihat keinginan dan kenyataan yang ditunjukkan Rusia di medan pertempuran sungguh berbeda.
“Bagi saya sebagai presiden, perdamaian yang adil bukanlah kompromi mengenai kedaulatan, kebebasan, dan integritas teritorial negara saya. Pembayaran kembali atas semua kerusakan yang ditimbulkan oleh agresi Rusia,” kata Zelensky saat jumpa pers dengan Joe Biden di Washington.
Juru Bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan Biden terbuka untuk berbicara dengan Putin, setelah pemimpin Rusia itu menunjukkan keseriusan tentang negosiasi. Mengenai realisasinya, Biden akan bertemu Putin setelah berkonsultasi dengan Ukraina dan sekutu AS.
Simak: Top 3 Dunia: Zelensky ke Amerika Serikat demi Lebih Banyak Senjata
REUTERS | TASS