TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina mengatakan Rusia menghancurkan rumah-rumah di tenggara dan mematikan listrik di banyak daerah dengan tembakan rudal baru pada Senin, 5 Desember 2022, sementara Moskow mengatakan drone Ukraina menyerang dua pangkalan udara jauh di dalam wilayah Rusia atau ratusan km dari garis depan.
Rentetan rudal baru telah diantisipasi di Ukraina selama berhari-hari dan itu terjadi tepat saat pemadaman darurat akan berakhir, dengan kerusakan sebelumnya diperbaiki. Serangan itu membuat bagian Ukraina kembali ke kegelapan yang membekukan dengan suhu sekarang di bawah nol derajat Celcius.
Baca juga Ukraina Tuding Rusia di Balik Teror Mata Binatang Kedubes di Eropa dan AS
Setidaknya empat orang tewas dalam serangan rudal Rusia, kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dan menambahkan bahwa sebagian besar dari sekitar 70 rudal ditembak jatuh. Pekerja energi sudah mulai bekerja untuk memulihkan pasokan listrik, katanya.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pesawat tak berawak Ukraina menyerang dua pangkalan udara di Ryazan dan Saratov di Rusia tengah-selatan, menewaskan tiga prajurit dan melukai empat lainnya, dengan dua pesawat rusak. Drone penyerang bisa dijatuhkan setelah serangan.
Ukraina tidak secara langsung mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Ini menjadi serangan terdalam di jantung Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Salah satu sasarannya, pangkalan udara Engels di dekat kota Saratov, sekitar 730 km tenggara Moskow, menampung pesawat pengebom milik pasukan nuklir strategis Rusia.
"Rezim Kyiv, untuk menonaktifkan pesawat jarak jauh Rusia, melakukan upaya untuk menyerang dengan pesawat udara jet tak berawak buatan Soviet di lapangan terbang militer Dyagilevo, di wilayah Ryazan, dan Engels, di wilayah Saratov," kata Kemenhan Rusia.
Dikatakan drone, yang terbang di ketinggian rendah, dicegat oleh pertahanan udara dan ditembak jatuh. Kematian dilaporkan di pangkalan Ryazan, 185 km tenggara Moskow.
Kementerian pertahanan Rusia menyebut serangan drone itu sebagai tindakan teroris yang bertujuan mengganggu penerbangan jarak jauhnya.
Meskipun demikian, katanya, Rusia menanggapi dengan "serangan besar-besaran pada sistem kontrol militer dan objek terkait dari kompleks pertahanan, pusat komunikasi, unit energi dan militer Ukraina dengan senjata presisi tinggi berbasis udara dan laut" di mana Rusia mengatakan semua 17 target yang ditunjuk terkena.
Angkatan udara Ukraina mengklaim menjatuhkan 60 dari sekitar 70 rudal Rusia pada Senin - serangan terbaru dalam beberapa minggu yang menargetkan infrastruktur listrik, gas, dan air ke banyak bagian negara itu.
"Pasukan kami luar biasa," tulis Andriy Yermak, kepala staf kepresidenan Ukraina, di Telegram.
Pasukan Kyiv juga telah menunjukkan kemampuan yang meningkat untuk mencapai sasaran strategis Rusia jauh melampaui garis depan sepanjang 1.100 km di selatan dan timur Ukraina.
Saratov setidaknya berjarak 600 km dari wilayah Ukraina terdekat. Komentator Rusia mengatakan di media sosial bahwa jika Ukraina dapat menyerang sejauh itu di Rusia, itu mungkin juga dapat mengenai Moskow.
Ledakan misterius sebelumnya merusak gudang senjata dan depot bahan bakar di daerah dekat Ukraina dan melumpuhkan setidaknya tujuh pesawat tempur di Krimea, semenanjung Laut Hitam yang dianeksasi oleh Rusia dari Ukraina pada tahun 2014.
Presiden Vladimir Putin mengendarai Mercedes melintasi jembatan yang menghubungkan Rusia selatan ke Krimea pada hari Senin, kurang dari dua bulan setelah ledakan.
Kyiv belum menyatakan bertanggung jawab atas salah satu ledakan itu, hanya mengatakan bahwa itu adalah "karma" untuk invasi Rusia.
"Jika sesuatu diluncurkan ke wilayah udara negara lain, cepat atau lambat objek terbang yang tidak diketahui akan kembali ke titik keberangkatan (mereka)," kata Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak di Twitter, dengan emotikon lidah menjulur, Senin kemarin.
Pernyataan ini tampaknya mengarah pada serangan drone ke wilayah Rusia.
REUTERS