TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan konsekuensi keamanan saat terlibat dengan kekuatan otoriter seperti China. Dia meyakini bagaimanapun sistem perdagangan bebas masih dapat dipercaya.
Baca juga: Xi Jinping Minta Uni Eropa Tak Keliru Menilai China
"Perang di Ukraina telah menunjukkan ketergantungan kita yang berbahaya pada gas Rusia. Hal ini seharusnya mengarahkan kita untuk menilai ketergantungan kita pada negara-negara otoriter lainnya, tidak terkecuali China," kata Stoltenberg dalam pidato di Konferensi Keamanan Berlin, Kamis, 1 Desember 2022.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyebut aliansi militer Barat itu prihatin dengan pembangunan militer China yang cepat.
NATO juga memperhatikan kerja sama China dan Rusia.
"Kendati demikian kami juga tetap berkomitmen untuk mempertahankan dialog yang konstruktif dengan China, di mana pun kami bisa dan kami menyambut peluang untuk bekerja sama dalam menghadapi tantangan bersama," kata Blinken dalam konferensi pers usai pertemuan menteri luar negeri anggota NATO di Bucharest pada Rabu, 30 November 2022.
Pernyataan Blinken muncul setelah Moskow mengatakan pesawat tempur strategis Rusia dan China, termasuk pesawat pengebom jarak jauh Tupolev-95 "Beruang", melakukan patroli bersama di atas Laut Jepang dan Laut China Timur.
Sekutu AS, Korea Selatan mengatakan pihaknya memobilisasi jet tempur, sementara dua jet tempur China dan enam pesawat tempur Rusia memasuki zona pertahanan udaranya.
Hal ini juga muncul setelah laporan Pentagon mengatakan China kemungkinan akan memiliki persediaan 1.500 hulu ledak nuklir pada 2035 dengan kecepatan penumpukan nuklirnya saat ini.
Kementerian Pertahanan AS menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran tentang niat Beijing untuk memperluas persenjataannya.
China dan Rusia membuat khawatir Amerika Serikat dan sekutunya dengan mengumumkan kemitraan strategis "tanpa batas" dengan Rusia pada Februari, hanya beberapa hari sebelum pasukan Rusia menginvasi Ukraina.
Korea Selatan dan tetangganya, Jepang, sejak itu mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan NATO. Dua negara itu menghadiri KTT NATO pada Juni sebagai pengamat. Sedangkan perusahaan Korea Selatan mengirimkan persenjataan ke tetangga Rusia dan anggota NATO Polandia tahun ini.
Blinken mengatakan, saat NATO terus fokus pada mempertahankan dukungan terpadu untuk Ukraina, anggota juga ingin meningkatkan ketahanan aliansi dengan mempertimbangkan tantangan baru, termasuk yang ditimbulkan oleh China.
"Apa yang kami bicarakan hari ini, sekali lagi, memastikan bahwa kami bekerja untuk beradaptasi dengan cara yang konkret untuk menghadapi tantangan," kata Blinken tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Amerika Serikat dan sekutunya mengakui adanya persaingan untuk membentuk dunia di luar divisi Perang Dingin
"Ada pengakuan bahwa ada juga dalam banyak hal, yang oleh orang Eropa disebut sebagai persaingan sistemik antara China dan banyak negara kita. Tapi ada juga pengakuan bahwa sedapat mungkin, kita harus menemukan cara untuk bekerja sama dalam masalah yang sangat besar," kata Blinken.
Baca juga: Pentagon: China Mungkin akan Miliki 1.500 Hulu Ledak Nuklir pada 2035
REUTERS