TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa menuntut agar diakhirinya aturan Covid-19 yang ketat di Cina, mengular hingga ke luar negeri. Warga Cina yang menetap di Sydney hingga Toronto ikut melakukan aksi protes dengan menyerukan Cina yang bebas dan menuntut Presiden Cina Xi Jinping mengundurkan diri.
Warga Cina di luar negeri dan mereka yang dukung penghentian aturan ketat Covid-19, bersama-sama turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka. Unjuk rasa terjadi di Sydney, Tokyo, Hong Kong, New York dan Ibu Kota Toronto, yang rencananya akan dilakukan sampai beberapa hari ke depan.
“Bebaskan Cina. Xi Jinping mundur,” demikian diteriakkan sekitar 30 demonstran di Toronto, Kanada, Selasa, 29 November 2022.
Baca juga:Pendanaan Transisi Energi, Sri Mulyani Disebut Berperan Penting Agar RI Dapat Bunga Murah
Petugas polisi berdiri di belakang barikade dan penjagaan di lokasi di mana protes terhadap pembatasan COVID-19 setelah kebakaran Urumqi di Shanghai, China 27 November 2022. REUTERS/Josh Horwitz
Sedangkan di Universitas Harvard, Massachusetts, Amerika Serikat, ada puluhan orang meneriakkan kalimat ‘jangan ada lagi kebohongan’ dan ‘jangan ada lagi sensor’. Kementerian Luar Negeri Cina enggan berkomentar perihal ini.
Di luar gedung konsulat Cina di Ibu Kota New York, ada ratusan orang berkumpul. Beberapa orang melambai-lambaikan kertas putih, yang telah menjadi simbol protes di Cina.
Banyak demonstran yang meneriakkan slogan-slogan dalam bahasa mandarin, mengkritik catatan HAM Cina dan dampak dari kebijakan nol kasus Covid-19. Ketatnya aturan Covid-19 di Cina, telah sangat melukai perekonomian Cina dan kebabasan warganya.
Para demonstran di luar negeri, enggan memberikan nama lengkap mereka karena waswas dengan keadaan sanak-saudara mereka di Cina yang bisa saja mengalami gangguan dari otoritas.
Beijing menghadapi kemarahan dari warganya dan sekarang meluas setelah ada kejadian 10 orang tewas terpanggang dalam sebuah kebakaran di kawasan Xinjinang. Banyak orang menuduh itu karena ketatnya aturan Covid-19 sehingga membuat warga terperangkap di dalam sebuah gedung. Namun otoritas menyangkal tuduhan tersebut.
Di Sydney ada sekitar 200 orang berkumpul pada Senin malam, 28 November 2022. Mereka menyalakan lilin di alun-alun Kota Sydney. Ada sekitar 50 pelajar asal Cina dalam acara itu, di mana itu telah menjadi aksi protes terbesar yang dilakukan warga Cina di tanah Australia. Sebagian besar pelajar menutup wajah dengan masker dan topi. Mereka juga tak mau menyebutkan nama lengkap. Beberapa dari mereka meyakini seorang otoritas dari kantor Kedutaan Besar Cina memantau acara tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: Saat Pejabat China Diam Tercengang Ditanya Protes Covid-19
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.