TEMPO.CO, Kuala Lumpur -Anwar Ibrahim atau nama lengkapnya Anwar bin Ibrahim lahir pada 10 Agustus 1947 di Cherok Tok Kun, Penang, Malaysia yang dulu masih bernama Malayan Union.
Mengutip dari Britannica, Anwar adalah seorang politikus Malaysia, reformis, Islamis moderat dan sudah memegang banyak jabatan pemerintahan pada akhir abad ke-20.
Ia bersekolah di Sek Melayu Sungai Bakap, Sek Melayu Cherok Tok Kun dan Sek Ren Stowell, Bukit Mertajam. Anwar terpilih untuk melanjutkan ke Maktab Melayu Kuala Kangsar (MCKK) di Tingkatan Satu pada tahun 1960 dan menjadi Ketua Pelajar di sana.
Anwar melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Malaya Kuala Lumpur pada tahun 1967, dan pada saat inilah ia memulai karir politiknya. Dan disana ia dikenal sebagai pemimpin mahasiswa Islam.
Baca juga : Ketegangan Meningkat Setelah Pemilu Malaysia, TikTok dalam Siaga Tinggi
Pada tahun 1971 ia mendirikan Gerakan Pemuda Muslim Malaysia, dan menjabat sebagai presidennya hingga tahun 1982.
MeIansir dari Aljazeraa, Anwar banyak terlibat dalam mengorganisir demonstrasi massa bahkan pernah dipenjara di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri yang sekarang sudah tidak ada.
Menarik Perhatian Mahathir Mohamad
Selama waktu ini, Anwar menarik perhatian Dr Mahathir Mohamad, kandidat perdana menteri pada tahun 1981 dan menjabat hingga pensiun di tahun 2003.
Ketika itu, Anwar membuktikan sebagai politisi yang bersih sehingga dengan cepat naik ke Organisasi Nasional Melayu Bersatu yang saat itu merupakan sebuah partai besar.
Dia mengepalai berbagai kementerian sampai akhirnya memimpin kementerian keuangan utama pada tahun 1991. Dan dua tahun kemudian, ia ditunjuk sebagai wakil perdana menteri hingga tahun 1998.
Namun ketika krisis ekonomi regional 1998, terjadi keretakan antara Anwar dan Mahathir. Di mana Mahathir yang marah dengan seruan Anwar untuk melakukan reformasi dan mengakhiri korupsi dan nepotisme.
Lalu setelah perselisihan tersebut, Anwar dipecat secara tidak hormat dan kemudian didakwa melakukan korupsi dan sodomi. Saat itu ia divonis 15 tahun penjara.
Namun hal ini mendapat kritikan dari warga Malaysia dan dari seluruh dunia, sehingga kemudian memunculkan protes besar-besaran di Malaysia. Pada 2 September 2004, Anwar dibebaskan oleh Perdana Menteri Abdullah Badawi.
Lalu di tahun 2008, Anwar kembali dikenakan dakwaan baru karena diduga menyodomi seorang mantan pembantu pria. Setelah persidangan hampir dua tahun, Anwar dinyatakan tidak bersalah pada Januari 2012.
Namun di tahun 2014, pengadilan Malaysia kembali mendakwa Anwar dalam kasus sodomi. Dan di tahun 2015 dijatuhi hukuman lima tahun penjara.
Sejak saat itu, nama Anwar hilang dalam kancah perpolitikan Malaysia. Sampai akhirnya di tahun 2018, Mahathir muncul meminta bantuan kepada Anwar untuk mendukungnya untuk maju dalam pemilu 2018.
Pada saat itu, Mahathir menjanjikan jika ia menang dalam pemilu, maka ia akan mengajukan petisi pengampunan kepada Sultan Muhammad V untuk mengampuni Anwar. Dan pada 11 Mei 2018, Mahathir mengumumkan bahwa raja telah menyetujui permintaan itu. Anwar dibebaskan lima hari kemudian.
Mahathir juga berjanji setelah dua tahun menduduki jabatan, ia akan menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Anwar Ibrahim.
Dan di tahun ini, Anwar Ibrahim kembali mencalonkan diri sebagai perdana menteri dan bersaing dengan Muhyiddin. Tak ada suara mayoritas membuat hasil pemilihan umum menggantung, dan Raja Malaysia harus turun tangan dalam pengambilan kebijakan agar perpolitikan Malaysia kembali stabil.
FANI RAMADHANI
Baca juga : Petinggi UMNO Kecam Muhyiddin Yassin Tak Mau Kongsi dengan Anwar Ibrahim
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.