Strateginya seperti apa?
Yang ingin saya tekankan di sini, dari awal kami memang bekerja untuk substansi. Kami saat itu bicara, judulnya apa pun nantinya — karena judul itu akan melalui proses yang sangat panjang, sangat sulit. Maka yang perlu kami amankan pertama adalah kontennya. Isi itu yang akan penting menentukan arah ke depan itu seperti apa.
Pak Dian Triansyah Djani, kepala negosiatior, dengan timnya, beliau mulai dengan draf yang mengumpulkan hasil-hasil pertemuan menteri-menteri, dari macam-macam menjadi building blocks.
Jadi kayak menyusun rumah, disusun dulu, jadi yang sudah sepakat ditata dulu, supaya ada bentuknya dulu. Tim kami ada di setiap pertemuan menteri lain dalam rangka mempermudah untuk menyusun building blocks itu. Saat membangun itu, tim kementerian luar negeri juga mengajak kementerian lainnya untuk masuk sehingga di situ ada rasa memilikinya.
Terus ada bangunan kasar yang kami buat sebagai zero draft, kemudian itu yang dijadikan basis negosiasi. Nah, sekali lagi saya tekankan, kami ingin mengamankan kontennya itu dulu. Karena daging itu yang akan bermanfaat bagi dunia, kami copot dulu judul deklarasinya.
Karena kalau kami maksimal arahnya ke deklarasi, setelah konten ini kami selamatkan, ada satu konten lain yang dipastikan akan masuk, yaitu geopolitik. Yang besar itu kan sebenarnya lebih ke agenda prioritas Indonesia, Tapi karena perang, konten geopolitik itu pasti masuk.
Nah Pak Trian dan tim pinter, konten geopolitik itu dibahas terakhir. Kami bentuk bangunan besarnya dulu, dengan pemikiran, nanti apapun yang terjadi, bangunan besar ini akan sulit digoyang atau bahkan dibongkar.
Plus, yang sekarang banyak tidak disoroti oleh media kita ini juga menyiapkan sekaligus apa yang kita namakan concrete deliverable atau kerja sama konkret. Itu menjadi lampiran dokumen pertama tadi, di annex itu kita beri judul "G20 for Strong and Inclusive Recovery". Ini adalah untuk memenuhi janji Indonesia untuk menjadikan G20 dekat dengan kepentingan negara berkembang.
Di situ ada dua keranjang proyek. Pertama, untuk G20 secara menyeluruh, itu ada 361 proyek. Bisa dalam bentuk proyek baru, extension, capacity building, hibah, investasi dan lain-lain. Di saat yang sama, kami juga mensinergikan kerja sama (Indonesia) dengan para mitra sesuai dengan prioritas keketuaan.
Maka ada basket kedua, yang khusus berupa list yang berhasil kami peroleh, jumlahnya 140 proyek. Daftar hasil konkret ini aman, 8 kali putaran perundingan sudah kami simpan. Jadi pada saat kami mau masuk ke Bali, kami konsentrasi ke dokumen yang apapun namanya dapat dihasilkan, dan kami sudah amankan dagingnya yang utamanya.