TEMPO.CO, Jakarta - Kazakhstan akan menggelar pemilihan presiden pada Ahad, 20 November 2022, di tengah ketegangan invasi Rusia ke Ukraina, sama-sama negara bekas pecahan Uni Soviet. Pesta demokrasi di Kazakhstan kali ini dianggap sebagai yang paling penting.
Baca: Serbia Dapat Tambahan Suplai Gas dari Rusia
Rusia dan Kazakhstan berbagi perbatasan darat terpanjang di dunia. Fakta geografis itu memicu kekhawatiran di antara beberapa orang Kazakh mengenai keamanan negara dengan populasi etnis Rusia terbesar kedua di antara bekas republik Soviet setelah Ukraina.
Inkumben Kassym-Jomart Tokayev secara terbuka menolak klaim teritorial yang dibuat oleh Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina. Langkah itu diperkirakan memperburuk hubungan antara bekas republik Soviet dan Moskow.
Pada sebuah forum di St. Petersburg pada Juni lalu, Tokayev berbagi panggung dengan Putin. Dia mengatakan pemerintahnya tidak mengakui wilayah yang dikuasai Rusia di Ukraina timur dan bahwa Kazakhstan menjunjung tinggi perbatasan yang diakui secara internasional.
Ucapan blak-blakannya mengejutkan para pengamat dan memicu ancaman kemarahan dari beberapa komentator pro-perang di media Rusia. Bulan lalu, ketika Tokayev menjadi tuan rumah pertemuan puncak presiden Asia Tengah, dia mengadakan pertemuan tatap muka dengan para pemimpin lain tetapi tidak ada pembicaraan bilateral dengan Putin.
Tokayev yang berusia 69 tahun mulai menjabat pada 2019 setelah presiden Kazakhstan sebelumnya mengundurkan diri di tengah protes. Setelah selamat dari kerusuhan pada Januari yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar, Tokayev meluncurkan reformasi--termasuk amendemen konstitusi dan kenaikan upah minimum--dan menyerukan pemilu lebih cepat.
Selain Tokayev, lima calon presiden lain dalam kontestasi Kazakhstan tahun ini adalah Qaraqat Abden dari Asosiasi National Alliance of Professional Social Workers, Saltanat Tursynbekova dari Asosiasi Kazakh Mothers-the Way to Traditions, Meyram Qazhyken dari Asosiasi Commonwealth of Trade Unions of Kazakhstan Amanat, Zhiguli Dayrabayev dari Asosiasi People's Democratic Patriotic Party Auyl, dan Nurlan Auesbayev dari Asosiasi National Social Democratic Party.
Komisi Pemilihan Pusat Kazakhstan telah menerima permohonan dari 12 kandidat yang dicalonkan oleh asosiasi publik republik. Enam kandidat lolos melewati prosedur yang sudah ditetapkan dan sudah terdaftar.
Saat ini para kandidat sedang mengelar kampanye yang berlangsung hingga 19 November. Dari enam kandidat tersebut, dua capres perempuan adalah Qaraqat Abden dan Saltanat Tursynbekova.
Total 10.101 tempat pemungutan suara (TPS) akan tersedia dan hampir 12 juta warga negara sudah masuk dalam daftar pemilih. Sementara itu, 68 TPS juga sudah disediakan di bawah misi konsulat dan diplomatik Kazakhstan di luar negeri.