TEMPO.CO, Jakarta - Tanah longsor dan banjir telah menewaskan sedikitnya 31 orang dan sembilan lainnya masih hilang saat hujan lebat dari badai tropis Nalgae yang mendekat menerjang Filipina selatan. Hujan lebat menyebabkan banjir bandang yang menyeret pohon, batu, dan lumpur ke pedesaan di sekitar Cotabato, kota berpenduduk 300 ribu jiwa di Pulau Mindanao.
Baca: SpaceX Milik Elon Musk Gandeng Taipan Filipina dalam Layanan Satelit
Naguib Sinarimbo, Menteri Dalam Negeri Daerah Otonomi Bangsamoro di Mindanao (BARMM), mengatakan banyak penduduk terkejut dengan genangan air yang naik dengan cepat. Curah hujan di Provinsi Maguindanao telah melebihi ekspektasi.
“Persiapan sudah dilakukan tapi sayang curah hujan lebih dari yang diperkirakan masyarakat. Air mengalir ke lereng gunung dan sungai yang meluap,” kata dia, Jumat, 28 Oktober 2022.
Ia menambahkan sebagian besar korban hanyut oleh air banjir dan tenggelam, atau terkena longsoran lumpur yang sarat puing. Tim penyelamat menemukan 16 mayat dari kota Datu Odin Sinsuat yang dilanda banjir.
Di Kota Cotabato, petugas penyelamat menggunakan perahu karet untuk mencapai penduduk yang terperangkap di perairan setinggi dada.
Tim penyelamat, termasuk unit militer, juga memeriksa daerah lain di mana banjir dan tanah longsor telah dilaporkan. Ribuan orang dievakuasi ke tempat aman.
Banjir telah surut di beberapa daerah, tetapi Cotabato hampir seluruhnya tergenang air pada hari Jumat. Sinarimbo mengatakan akan ada lebih banyak banjir karena hujan deras yang terus berlanjut.
“Fokus kami saat ini adalah penyelamatan serta mendirikan dapur komunitas untuk para penyintas,” ujar dia.
Kepala pertahanan sipil provinsi, Nasrullah Imam, mengatakan tentara telah mengerahkan truk untuk mengumpulkan penduduk yang terdampar di Cotabato dan delapan kota terdekat.
“Sungguh mengejutkan melihat kota madya yang tidak pernah banjir kali ini terkena banjir,” tuturnya.
Tanah longsor dan banjir sering terjadi di Filipina, sebagian karena meningkatnya intensitas siklon tropis yang secara teratur melanda negara itu. Filipina dilanda rata-rata 20 topan per tahun.
Badai tropis Nalgae, dengan kecepatan angin 75 km per jam, memaksa pembatalan penerbangan tepat ketika ribuan orang berencana melakukan perjalanan ke kota asal mereka untuk merayakan Hari Semua Jiwa. Sekolah-sekolah ditutup dan beberapa pelabuhan lumpuh.
Kantor cuaca negara di Manila menyatakan badai hujan itu berkaitan dengan badai tropis Nalgae, yang menuju ke utara Filipina. Kantor pertahanan sipil mengatakan hampir 5.000 orang telah dievakuasi dari daerah rawan banjir dan tanah longsor menjelang pendaratan badai Nalgae pada Sabtu atau Ahad ini.
Administrasi Layanan Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina menyatakan Nalgae (dikenal penduduk setempat sebagai Paeng) kemungkinan akan meningkat dalam 24 jam ke depan dan menyebabkan banjir dan tanah longsor yang disebabkan oleh hujan. Angin mungkin mencapai kekuatan angin kencang.
Menurut lembaga itu, badai tropis Nalgae diperkirakan akan semakin meningkat saat bergerak di atas perairan hangat Laut Filipina dan dapat mencapai kategori badai tropis yang parah.
Baca: Lagi, Korea Utara Lepaskan 2 Rudal Balistik Jarak Pendek
REUTERS | AL JAZEERA