TEMPO.CO, Jakarta -Keluarga mendiang jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh diterima oleh Paus Fransiskus di Vatikan. Mereka mengunjungi pemimpin umat Katolik itu, hampir enam bulan setelah Abu Akleh ditembak mati oleh pasukan Israel saat meliput serangan tentara di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat.
Baca juga: Israel Akhirnya Akui Tentaranya Tembak Reporter Al Jazeera Shireen Abu Akleh
Para kerabat termasuk di antara sekelompok tamu yang menghadiri audiensi umum di Vatikan pada Rabu, 26 Oktober 2022, sebuah pertemuan mingguan di mana paus menyapa para peziarah. Stefanie Dekker dari Al Jazeera, melaporkan dari Roma, menggambarkan pertemuan singkat itu.
“Paus Fransiskus meletakkan tangannya di dadanya, di jantungnya, saat dia lewat dan itu cukup untuk saat ini. Keluarga mengharapkan memiliki lebih banyak waktu dengan Paus," kata Dekker, melaporkan dari Roma.
Misa peringatan dijadwalkan akan diadakan pada pukul 5 sore waktu setempat di Basilika Santa Maria, Cosmedin, Roma untuk menghormati reporter asal Amerika Serikat keturunan Palestina yang terbunuh itu.
Abu Akleh, yang bekerja untuk Al Jazeera selama 25 tahun, mengenakan jaket antipeluru dan helm yang dengan jelas mengidentifikasi dirinya sebagai anggota pers ketika dia ditembak di kepala oleh pasukan Israel pada 11 Mei 2022.
Sepanjang karirnya Abu Akleh kerap mewartakan peristiwa di Palestina.
Produser Al Jazeera Ali al-Samoudi, yang berdiri di dekatnya bersama dengan sekelompok wartawan Palestina, juga tertembak di punggungnya. Kini dia sudah pulih.
Israel awalnya mengatakan bahwa Abu Akleh telah terjebak dalam baku tembak, sebelum tertembak. Pada September, sebuah laporan militer Israel menyimpulkan sementara bahwa Abu Akleh kemungkinan telah ditembak oleh pasukan Israel. Namun, tidak akan ada penyelidikan kriminal.
Keluarga Abu Akleh telah mengajukan pengaduan resmi ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menuntut keadilan atas kematiannya.
Keponakan Abu Akleh, Lina, mengatakan kepada Dekker bahwa meskipun mereka menghargai kata-kata belasungkawa dan dukungan, apa yang sebenarnya mereka inginkan adalah akuntabilitas.
“Jika kita tidak bisa mendapatkan keadilan untuk Shireen, yang merupakan seseorang yang sangat terkenal dan pemegang paspor Amerika Serikat, lalu apa kesempatan yang ada untuk warga Palestina lainnya?”, kata reporter itu mengutip perkataan kerabat Shireen Abu Akleh.
Baca juga: Investigasi Mengungkap Shireen Abu Akleh Tak Sengaja Tertembak Tentara Israel
AL JAZEERA