TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Qatar menghentikan protes seorang aktivis LGBT Inggris Peter Tatchell di luar museum nasional negara itu. Unjuk rasa itu dilakukan berdekatan momentum pesta sepakbola Piala Dunia di negara yang berada di jazirah Arab itu bulan depan.
Tatchell berdiri selama lebih dari satu jam dengan mengenakan kaus bertuliskan "#Qatarantigay" dan memegang poster bertuliskan "Penangkapan Qatar dan menjadikan kaum LGBT beralih agama".
Baca juga: Melihat Persiapan Panda Raksasa Bakal Hadir di Doha Qatar
Pria tersebut juga pernah melakukan protes serupa menjelang Piala Dunia 2018 di Rusia
Dua petugas polisi berseragam dan tiga petugas berpakaian preman tiba di lokasi. Mereka melipat posternya dan mengambil foto paspor Tatchell dan surat-surat lainnya, dan foto seorang pria yang menemaninya.
Polisi pergi setelah berjabat tangan dengan Tatchell, yang tetap berada di trotoar.
Homoseksualitas di Qatar melanggar hukum. Beberapa bintang sepak bola telah menyuarakan keprihatinan atas hak-hak para penggemar yang bepergian untuk acara tersebut, terutama individu dan wanita LGBT+, yang menurut kelompok hak asasi manusia didiskriminasikan oleh undang-undang Qatar.
Penyelenggara Piala Dunia di Qatar menyatakan, setiap orang, terlepas dari orientasi seksual atau latar belakang mereka, dipersilakan datang. Namun, panitia juga memperingatkan agar tidak menunjukkan kasih sayang di depan umum.
Piala Dunia di Qatar dimulai pada 20 November 2022. Ajang itu merupakan yang pertama diadakan di negara Timur Tengah.
Kantor Komunikasi Pemerintah Qatar mengatakan pria itu tidak ditangkap atau ditahan dan hanya diberitahu "dengan hormat dan profesional" untuk pindah.
"Rumor di media sosial bahwa seorang perwakilan dari Yayasan Peter Tatchell telah ditangkap di Qatar sepenuhnya salah dan tidak berdasar," katanya dalam sebuah pernyataan.
Human Rights Watch pada Senin, 24 Oktober 2022, mengatakan pasukan keamanan di Qatar secara sewenang-wenang menangkap dan melecehkan LGBT Qatar baru-baru ini bulan lalu.
Seorang pejabat Qatar mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tuduhan HRW "mengandung informasi yang secara kategoris dan benar-benar salah".
Qatar mengharapkan 1,2 juta pengunjung selama turnamen. Gelaran itu menciptakan tantangan logistik dan kepolisian yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk negara kecil itu.
Baca juga: Kelompok Gay Kecam Penunjukkan Qatar
REUTERS