TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier tiba di Kyiv pada Selasa, 25 Oktober 2022. Hal ini disampaikan oleh juru bicaranya yang membenarkan kunjungan mendadaknya ke Ukraina.
Ini adalah kunjungan pertamanya ke negara itu sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari lalu.
Baca juga: Kelonggaran Jerman untuk Pengungsi Ukraina Mulai Dikritik
Steinmeier awalnya berencana mengunjungi Ukraina pada April lalu, tetapi Kyiv menolak untuk menyambutnya saat itu. Ini dipicu oleh dukungan Steinmeier di masa lalu untuk memulihkan hubungan Barat dengan Rusia.
Kyiv dan Berlin kemudian memperbaiki ketidaksepakatan mereka."Pesan saya kepada Ukraina adalah, kami tidak hanya berdiri di sisi Anda, tetapi kami akan terus mendukung Ukraina secara ekonomi, politik dan juga militer," kata Steinmeier kepada wartawan saat kedatangannya dengan kereta api di Kyiv.
"Yang penting sekarang adalah kami membantu melindungi Ukraina dari serangan udara sebanyak mungkin," tambahnya, mencatat bahwa Jerman telah menjadi salah satu pemasok terbesar peralatan pertahanan udara ke Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelum bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Steinmeier akan mengunjungi sebuah kota di utara negara itu, berdekatan dengan perbatasan Belarusia, yang menurut Ukraina telah dibebaskan dari pasukan Rusia tetapi infrastrukturnya hancur.
Steinmeier akan memberikan bantuan kepada kota itu untuk infrastruktur energinya, katanya.
Setelah Rusia menginvasi Ukraina, Steinmeier, mantan menteri luar negeri, dikritik keras atas karena mendukung pemulihan hubungan selama bertahun-tahun dengan Moskow, yang sejak itu dia akui sebagai kesalahan.
Kanselir Olaf Scholz mengatakan penolakan Kyiv untuk menerima Steinmeier merupakan penghalang kunjungannya sendiri ke Ukraina. Hingga pada akhirnya kunjungan Scholz baru terjadi pada Juni lalu bersama dengan Mario Draghi dari Italia dan Emmanuel Macron dari Prancis.
Steinmeier, seorang Sosial Demokrat yang menjalani tugas keduanya sebagai presiden Jerman, adalah seorang menteri luar negeri di dua pemerintahan mantan kanselir Angela Merkel.
Dia telah menjadi advokat terkemuka dari konsep Wandel durch Handel (Perubahan melalui Perdagangan), yang berpendapat bahwa membina hubungan komersial yang erat dapat membantu memacu reformasi demokrasi.
Steinmeier juga memperjuangkan pipa gas Nord Stream 2 yang kontroversial antara Rusia dan Jerman, yang kini telah dihentikan karena agresi Moskow di Ukraina.
Namun, sejak itu Stenmeier mengakui bahwa kedekatannya dengan Presiden Vladimir Putin telah salah arah, dan mengatakan tidak ada jalan kembali Rusia dan Putin.
Baca juga: Pertama Kali Sejak Invasi, Presiden Jerman Kunjungi Kyiv
AL ARABIYA (NESA AQILA)