TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban tewas akibat serangan udara junta militer di konser di negara bagian Kachin, Myanmar utara, yang diselenggarakan kelompok etnis minoritas telah mencapai 80 orang. Agresi yang terjadi di tengah konflik militer yang belum selesai itu mendapatkan reaksi keras dari PBB dan Kedutaan Besar negara-negara Barat.
Baca: Ini Dalih Junta Militer Myanmar Gempur Konser Musik Etnis Minoritas
Konser itu digelar untuk memperingati pembentukan Organisasi Kemerdekaan Kachin (KIO) itu merupakan serangan udara terburuk sejak militer Myanmar merebut kekuasaan pada Februari 2021.
Serangan jet pada Ahad malam, 23 Oktober 2022, itu menewaskan warga sipil, penyanyi lokal, dan perwira Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA). Media lokal, mengutip saksi, mewartakan tiga pesawat melakukan serangan itu.
PBB di Myanmar mengaku sangat prihatin dan sedih dengan laporan serangan itu. "Apa yang tampak sebagai penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak proporsional oleh pasukan keamanan terhadap warga sipil yang tidak bersenjata tidak dapat diterima," katanya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters, Selasa, 25 Oktober 2022.
Dalam sebuah pernyataan bersama, kepala misi diplomatik di Myanmar termasuk Australia, Inggris, Amerika Serikat, dan anggota Uni Eropa mengatakan serangan itu menggarisbawahi tanggung jawab rezim militer atas krisis dan ketidakstabilan. Mereka menganggap junta militer mengabaikan kewajibannya untuk melindungi warga sipil.
Pemerintah bayangan Myanmar, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), mendesak PBB dan komunitas internasional untuk campur tangan dan segera menghentikan kekejaman tersebut. Sementara militer telah berulang kali mengecam PBB atas apa yang dilihatnya sebagai campur tangan dalam urusan internal Myanmar dan mengatakan operasinya menargetkan “teroris".
Juru bicara junta militer Myanmar tidak dapat segera merespons saat dihubungi untuk dimintai tanggapan. Sementara televisi pemerintah tidak menyebutkan insiden itu dalam buletin berita malamnya pada Senin, 24 Oktober 2022.
Reuters merujuk pada laporan BBC Burma, melaporkan kejadian itu berlangsung di wilayah A Nang Pa di kotapraja Hpakant dan menewaskan sedikitnya 50 orang. Adapun situs berita Irrawaddy menyebutkan jumlah korban tewas sekitar 100 orang.
Myanmar telah dicengkeram pertempuran sejak tentara menggulingkan pemerintah terpilih pada awal tahun lalu. Gerakan perlawanan, beberapa bersenjata, telah muncul di seluruh negeri, yang telah dilawan oleh militer dengan kekuatan mematikan.
Juru bicara KIA, Naw Bu, mengatakan serangan itu menargetkan perayaan 62 tahun berdirinya sayap politik tentara Kachin, Organisasi Kemerdekaan Kachin. "Ini adalah tindakan yang sangat jahat yang juga dapat dianggap sebagai kejahatan perang," katanya melalui telepon.
Sejak kudeta, konflik terbuka telah kembali antara tentara Myanmar dan KIA, yang telah berjuang selama enam dekade untuk otonomi yang lebih besar bagi rakyat Kachin. KIA telah menyuarakan dukungan untuk perlawanan antijunta.
Para menteri luar negeri ASEAN akan bertemu akhir pekan ini untuk membahas krisis Myanmar. Kamboja sebagai ketua ASEAN tahun ini telah memberi konfirmasi pada Ahad, 23 Oktober 2022.
Baca: ASEAN Diminta Rombak Pendekatan terhadap Myanmar
REUTERS | AL JAZEERA