TEMPO.CO, Jakarta - Rishi Sunak tampaknya tak terbendung lagi untuk menjadi perdana menteri Inggris berikutnya setelah saingannya Boris Johnson mundur dari pencalonan.
Johnson mengakui bahwa ia tidak bisa lagi menyatukan Partai Konservatif setelah salah satu periode paling bergejolak dalam sejarah politik Inggris.
Baca Juga:
Sunak, mantan menteri keuangan berusia 42 tahun, dapat dinobatkan sebagai pemimpin segera pada hari Senin untuk menggantikan Liz Truss, menjadi perdana menteri ketiga Inggris dalam waktu kurang dari dua bulan.
Mantan bos perusahaan lindung nilai ini, akan menghadapi serangkaian tugas berat yakni membangun kembali reputasi fiskal Inggris melalui pemotongan pengeluaran yang negara tergelincir ke jurang resesi dengan melonjaknya harga energi, makanan dan tarif hipotek.
Dia juga akan memimpin partai yang telah memantul dari satu krisis ke berikutnya dalam beberapa bulan terakhir, terpecah secara ideologis, dan sebuah negara yang semakin marah pada perilaku politisi.
"Inggris adalah negara yang hebat, tetapi kami menghadapi krisis ekonomi yang mendalam," kata Sunak ketika mengumumkan pencalonannya pada hari Minggu.
Pertama dia harus mengalahkan kandidat terakhir dalam kontes, Penny Mordaunt, yang berjuang untuk mendapatkan dukungan dari 100 anggota parlemen untuk mendapatkan pemungutan suara hari Senin. Mordaunt, yang adalah pemimpin House of Commons Parlemen, sejauh ini telah menerima dukungan sekitar 25 politisi. Lebih dari 150 telah mendukung Sunak.
Jika dia gagal mencapai ambang batas, Sunak akan menjadi perdana menteri. Jika dia berhasil memaksa pemungutan suara, anggota partai akan memilih pemenang pada hari Jumat.
"Dia sama sekali tidak menerima begitu saja," kata Menteri Dalam Negeri Grant Shapps, seorang pendukung Sunak, kepada BBC Television. "Dia berbicara dengan kolega sepanjang pagi ini. Dan tentu saja, kami akan berharap dapat menarik jumlah yang cukup untuk memastikan bahwa ini dapat dilewati."
Ekonom Citi Benjamin Nabarro mengatakan dia skeptis bahwa pemerintah memiliki legitimasi untuk mengelola tantangan ekonomi saat ini. Tugas pertamanya adalah menyajikan anggaran, yang diharapkan pada 31 Oktober.
Investor setidaknya telah diberi jaminan bahwa Johnson tidak akan berjuang untuk maju lagi. Mantan Perdana Menteri ini dipaksa mundur oleh pemberontakan menteri awal tahun ini setelah serangkaian skandal.
Johnson mengatakan pada Minggu malam bahwa dia telah mendapatkan dukungan yang cukup, namun tidak dapat memerintah secara efektif "kecuali memiliki partai bersatu di parlemen".
Sunak pertama kali menjadi perhatian nasional ketika, dalam usia 39 tahun, menjadi menteri keuangan di bawah Johnson tepat ketika pandemi Covid-19 tiba di Inggris.
Jika terpilih, mantan analis Goldman Sachs akan menjadi Perdana Menteri Inggris pertama keturunan India.
Keluarganya bermigrasi ke Inggris pada 1960-an, periode ketika banyak orang dari bekas koloni Inggris tiba untuk membantu membangun kembali negara itu setelah Perang Dunia Kedua.
Setelah lulus dari Universitas Oxford, ia melanjutkan ke Universitas Stanford di mana ia bertemu istrinya Akshata Murthy, yang ayahnya adalah miliarder India N. R. Narayana Murthy, pendiri raksasa outsourcing Infosys Ltd. Ia juga bekerja di Goldman Sachs sebagai analis.
Reuters