TEMPO.CO, Jakarta - Sebulan telah berlalu sejak Vjekoslav Prebeg dibebaskan dari tahanan Rusia. Pria Kroasia berusia 40 tahun itu masih terguncang saat menceritakan pengalamannya.
Prebeg merupakan seorang tentara Kroasia, yang ke Kyiv pada Desember 2019 karena ingin membantu Ukraina dalam perang melawan separatis pro-Rusia. Dia kemudian bergabung dengan tentara Ukraina pada Mei 2020.
Batalyonnya menjadi sasaran pertama ketika invasi Rusia, yang digambarkan Moskow sebagai operasi militer khusus mulai 24 Februari 2022.
Kalah jumlah dan senjata, mereka terpaksa mundur. Satu bulan kemudian, selama pertempuran di dekat kota selatan Mariupol, dia ditangkap oleh tentara Rusia, yang membawa Prebeg ke markas unit mereka di barak tentara yang sepi.
"Ketika saya tiba di sana, mereka membawa saya keluar dari mobil, kepala saya ditutupi dengan semacam tas. Saya langsung dipukul di kepala, hidung saya patah dan interogasi brutal dimulai," katanya kepada Reuters di kota kelahirannya, Zagreb.
Dia mengatakan perlakuan kekerasan di sana berakhir ketika seorang komandan unit turun tangan. Pregeb mengatakan dia diizinkan untuk mandi dan diberi makanan dan sesuatu yang panas untuk diminum.
Kemudian dia menghabiskan malam di garasi dengan tawanan perang lainnya, diikat dan ditutup matanya, sebelum dipindahkan ke wilayah Donetsk yang dikuasai Rusia.
"Para penjaga terus-menerus mengokang senjata mereka dan menodongkan pisau ke berbagai bagian tubuh, kaki, leher, perut saya, terutama kepada saya karena saya adalah orang asing dan mereka selalu mengatakan 'kamu adalah tentara bayaran'." dia berkata.
"Mereka mengatakan 'mari kita buang dia dan bunuh dia dan kita akan mengatakan dia mencoba melarikan diri, untuk apa kita mempertahankannya'. Pada satu titik mereka memukuli saya begitu keras sehingga saya kehilangan kesadaran."
PBB mengatakan pada September lalu bahwa Rusia tidak mengizinkan akses ke tawanan perang dan bahwa mereka memiliki bukti beberapa telah menjadi sasaran penyiksaan dan perlakuan buruk yang dapat dianggap sebagai kejahatan perang.
Rusia menyangkal penyiksaan atau bentuk penganiayaan lainnya terhadap tawanan perang. Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan Prebeg tentang perlakuan buruk oleh tentara Rusia.
Setelah diberitahu bahwa dia harus menghabiskan lebih dari tiga tahun di penjara, Prebeg dibebaskan setelah lima bulan dalam pertukaran tahanan bersama dengan hampir 300 orang lainnya, termasuk beberapa orang asing.
Prebeg mengatakan dia tidak akan kembali ke Ukraina. "Saya berusia 40 tahun dan bagi saya itu adalah pengalaman fisik yang sangat sulit dan saya tidak memiliki kekuatan lagi untuk mengulangi sesuatu seperti ini."
REUTERS | NESA AQILA