TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan kepada timpalannya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan untuk membuka pusat pasokan gas baru Rusia di Turki. Tujuannya adalah untuk mempertahankan pengaruh energi Rusia di Eropa yang saat ini ekspornya terhenti.
Rusia sedang mencari potensi pengalihan pasokan dari pipa gas Nord Stream Baltik, yang rusak dalam ledakan bulan lalu. Kasus tersebut masih dalam penyelidikan.
Dalam pertemuan yang dilangsungkan di Kazakhstan, Kamis, 13 Oktober 2022, Putin menyatakan bahwa Turki punya potensi rute yang paling dapat diandalkan untuk mengirimkan gas ke Uni Eropa. Platform yang diusulkan akan memungkinkan harga ditetapkan tanpa ikatan politik.
Putin mengatakan kepada Erdogan bahwa hub itu akan menjadi sebuah platform tidak hanya untuk pasokan, tetapi juga untuk menentukan harga. Pemimpin Rusia itu menggarisbawahi pentingnya masalah ini.
"Hari ini, harga ini (energi) sangat tinggi. Kami dapat dengan mudah mengatur mereka di tingkat pasar normal, tanpa nuansa politik apa pun," kata Putin dilansir dari Reuters, Jumat, 14 Oktober 2022.
Dalam tayangan televisi yang menampilkan pertemuan tersebut Erdogan tidak menanggapi tawaran itu secara terbuka. Akan tetapi Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip oleh kantor berita Rusia RIA, mengatakan bahwa kedua pemimpin telah memerintahkan pemeriksaan cepat dan rinci mengenai gagasan tersebut.
Baca juga: Presiden Erdogan Ajukan Jadi Juru Damai Perang Ukraina
Rusia memasok sekitar 40 persen gas Eropa sebelum invasi 24 Februari ke Ukraina. Namun, Moskow tetapi telah memotong aliran gas secara tajam bahkan sebelum ledakan, menyalahkan masalah teknis yang dikatakannya akibat sanksi Barat.
Pemerintah Eropa menolak penjelasan itu, menuduh Moskow menggunakan energi sebagai senjata geopolitik.
Turki yang merupakan anggota aliansi militer Barat, NATO, sangat penting perannya bagi Rusia. Pada saat Barat memukul Rusia dengan gelombang sanksi ekonomi, Ankara telah menahan diri untuk tidak bergabung.
Turki, bagaimanapun, menolak langkah Rusia untuk mencaplok empat wilayah Ukraina sebagai "pelanggaran berat" terhadap hukum internasional.
Erdogan telah berusaha untuk menengahi antara Moskow dan Kyiv, dan mencapai terobosan langka pada Juli 2022. Turki bersama dengan PBB menengahi kesepakatan yang memungkinkan dimulainya kembali ekspor gandum komersial Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam yang telah diblokade Rusia.
Baca juga: Erdogan: Musim Dingin di Eropa Bakal Lebih Sulit
REUTERS