TEMPO.CO, Jakarta - Thailand akan memperketat undang-undang kepemilikan senjata dan obat-obatan terlarang menyusul pembantaian 36 orang -- termasuk 24 anak-anak -- dalam penembakan massal terburuk di kerajaan itu.
Menteri Dalam Negeri Anupong Paojinda mengatakan pada Rabu 12 Oktober 2022 bahwa pemerintah memperketat kualifikasi bagi pemilik senjata baru, serta meningkatkan pemeriksaan terhadap pemegang senjata api lama.
"Kualifikasi baru kami akan mencakup laporan kesehatan mental, kami akan memeriksa apakah memerlukan bukti dari dokter," katanya dalam konferensi pers, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pemohon senjata sudah diharuskan menjalani pemeriksaan latar belakang dan harus menunjukkan alasan kepemilikan yang sah -- seperti berburu atau membela diri. “Misalnya, jika pejabat ingin memiliki senjata, pengawas mereka harus mengesahkan bahwa orang tersebut tidak memiliki catatan penyalahgunaan alkohol atau temperamen buruk,” ujar Anupong.
Para pemimpin desa atau pejabat lokal juga akan berperan dalam memberikan lisensi senjata yang lebih ketat, katanya. Saat ini pemilik senjata tidak perlu mengajukan kembali lisensi selama masa pakai senjata api.
Tetapi sekarang pemegang senjata yang disetujui harus menjalani peninjauan setiap tiga hingga lima tahun, kata Anupong. “Karena seiring waktu berubah, orang berubah,” jelasnya.
Baca juga: Cerita Anak 3 Tahun Berhasil Selamat dari Penembakan di Thailand
Negara itu terguncang setelah seorang mantan perwira polisi memaksa masuk ke kamar bayi kecil di timur laut Na Klang minggu lalu, membunuh 24 anak dan guru mereka sebelum membunuh istrinya, anak mereka dan dirinya sendiri.
Serangan itu dilakukan dengan pisau dan senjata yang diperoleh secara legal. Meski Thailand memiliki sejumlah besar senjata api yang beredar -- satu dari tujuh orang memiliki senjata api -- penembakan massal jarang terjadi.
Parlemen juga akan membahas hukuman pembebasan bagi pemegang senjata ilegal, kata Anupong. Ia menambahkan bahwa individu akan dapat menyerahkan senjata api tidak sah kepada pihak berwenang tanpa menghadapi penuntutan. Namun, ia tidak mengatakan kapan mereka harus melakukannya.
Mereka yang masih memiliki senjata ilegal akan menghadapi hukuman berat, katanya.
Anupong menambahkan bahwa kementeriannya akan bekerja dengan polisi dan departemen kesehatan untuk meningkatkan penyaringan dan kesadaran narkoba, serta mendorong pecandu ke rehabilitasi. “Jika semua orang di kota tahu bahwa narkoba ada tetapi pemerintah setempat tidak, mereka akan dipindahkan,” katanya.
Penyerang tempat penitipan anak-anak di Thailand, sersan polisi Panya Khamrab, dipecat dari jabatannya awal tahun ini atas tuduhan narkoba. Penduduk setempat mengatakan pria berusia 34 tahun itu adalah pecandu metamfetamin. Namun, tes awal menemukan pelaku tidak memiliki narkoba dalam tubuhnya pada saat penyerangan.
Baca juga: Pembunuhan Massal di Thailand: Senjata, Narkoba, dan Kemarahan Terpendam
AL ARABIYA