Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Krisis Indo-Pasifik, Korsel dan Indonesia Bisa Pelopori Kerja Sama Negara Menengah

Reporter

image-gnews
Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan menteri lain bertemu sejumlah CEO perusahaan Korea Selatan di Lotte Hotel, Seoul, Kamis pagi ini, 28 Juli 2022. Sumber: Biro Setpres
Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan menteri lain bertemu sejumlah CEO perusahaan Korea Selatan di Lotte Hotel, Seoul, Kamis pagi ini, 28 Juli 2022. Sumber: Biro Setpres
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS), Cho Wondeuk, menilai Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) bisa mempelopori gerakan negara-negara kekuatan menengah guna mengatasi persaingan Amerika Serikat dan Cina di kawasan Indo-Pasifik.

Cho menilai negara-negara lain tidak bisa diam saja menyaksikan perang antara Amerika dan Cina dalam mencari pengaruh di kawasan Indo-Pasifik. Diperparah pandemi Covid-19, persaingan Beijing dan Washington kian mempercepat perubahan geopolitik dan geoekonomi yang dapat mempersempit pilihan strategis bagi negara-negara kecil-menengah.

“Maka dalam hal itu tanggung jawab untuk (negara) kekuatan kecil dan menengah menjadi lebih penting,” ucap Cho secara virtual dalam acara workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang digelar oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation, di Jakarta, Jumat, 26 Agustus 2022.

Cho menuturkan Indonesia dan Korea Selatan perlu berbagi visi dan kepentingan strategis soal Indo-Pasifik. Ia mendorong kedua negara agar meningkatkan dialog strategis mengingat Indonesia dan Korea tergabung atau menjadi mitra dalam sejumlah forum global seperti IORA, APEC, G20, ADMM+, EAS, ARF, ASEAN+1 dan lainnya. “Masih banyak lagi platform multilateral di mana Korea dan Indonesia sama-sama berpartisipasi saat ini,” tuturnya.

Menurut Cho, Indonesia dan Korea Selatan perlu mempertimbangkan membangun kerja sama dengan negara lain dalam berbagai hal yang fokus pada permasalahan di Indo-Pasifik. Ia mencontohkan kedua negara bisa menggandeng India dan Australia dan membangun forum Korea-Indonesia-India-Australia (KIIA) atau hubungan trilateral Korea-Indonesia-Australia (KIA).

Wadah baru ini, kata dia, menjadi area tersendiri di antara negara anggota agar bisa kerja sama lebih dekat dalam konteks Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) yang telah digagas oleh Amerika Serikat. Indonesia, Korea Selatan, dan India tergabung di dalamnya.

Negara ASEAN Dinilai Butuh Pihak Ketiga

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Survei pakar terbaru dari ISEAS-Yusof Ishak Institute menunjukkan jika negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, perlu mempertimbangkan mencari opsi negara ketiga merespons meningkatnya persaingan Amerika Serikat dan Cina dalam mencari pengaruh di Asia Tenggara.

Pada 2021, hanya 8,5 persen pakar yang merasa Indonesia perlu menggandeng pihak ketiga dalam menghadapi persaingan Beijing dan Washington. Namun, angka tersebut melonjak drastis menjadi 18,3 persen dalam survei ISEAS 2022 (Total responden 1.677 orang). “Maka dalam hal itu Korea Selatan juga dapat dianggap sebagai pilihan pihak ketiga bagi negara-negara tertentu, khususnya Indonesia,” kata Cho.

Di sisi lain, Korea Selatan ternyata tidak begitu populer bagi para pakar di Indonesia untuk dijadikan pihak ketiga di luar AS dan Cina. Survei ISEAS menunjukkan Korea Selatan kalah dibandingkan Uni Eropa (40,5 persen), Jepang (31,3 persen), dan Australia (10,7 persen). Hanya 6,9 persen responden yang memilih Korea Selatan dan Inggris disusul India (3,8 persen).

“Jadi (Indonesia dan Korea Selatan) memiliki banyak tugas pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk (hubungan diplomatik) 50 tahun ke depan,” tutur Cho.

Baca juga: Hasil Lawatan Jokowi ke Cina, Jepang dan Korea; RI Terima Komitmen Investasi Ratusan Triliun

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

1 jam lalu

Salah satu orang terkaya di Singapura versi Forbes 2024, Li Xiting. Foto: Mindray
Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.


Austria - Indonesia Gelar Konser Orkestra di 3 Negara, Rayakan 70 Tahun Persahabatan

9 jam lalu

Duta Besar Austria untuk Indonesia Thomas Loidl, Direktur Eropa I Kementerian Luar Negeri RI Widya Sadnovic, pemain biola asal Austria Julian Walder dan Direktur Jakarta Concert Orchestra (JCO) Avip Priatna di konferensi pers perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Austria, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Mei 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Austria - Indonesia Gelar Konser Orkestra di 3 Negara, Rayakan 70 Tahun Persahabatan

Austria dan Indonesia merayakan 70 tahun hubungan diplomatik dengan menggelar serangkaian konser orkestra di tiga negara.


Ini 3 Alasan Australia Tingkatkan Jumlah Minimum Tabungan untuk Visa Pelajar

11 jam lalu

ilustrasi visa (pixabay.com)
Ini 3 Alasan Australia Tingkatkan Jumlah Minimum Tabungan untuk Visa Pelajar

Australia meningkatkan jumlah minimum tabungan untuk visa pelajar sebagai upaya menekan angka migrasi yang tinggi.


75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia Roadshow ke ITB

13 jam lalu

Acara
75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia Roadshow ke ITB

Dalam rangka memperingati 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Kedutaan Besar Australia mengadakan acara acara "#AussieBanget University Roadshow" di ITB


Belanja dan Taksi, Dua Hal yang Paling Banyak Dikeluhkan Wisatawan di Korea

15 jam lalu

Turis asing berfoto dengan remaja Korea berpakaian hanbok  di Istana Gyeongbok, Seoul, Korea Selatan, 27 Maret 2016. Para remaja juga mempromosikan pakaian khas ini kepada para wisatawan asing. Jean Chung/Getty Images
Belanja dan Taksi, Dua Hal yang Paling Banyak Dikeluhkan Wisatawan di Korea

Korea Selatan menerima total 808 pengaduan resmi dari wisatawan internasional pada tahun lalu.


Migrasi ke Australia Kian Sulit, Batas Minimum Tabungan Visa Pelajar Dinaikkan Jadi Rp 313 Juta

15 jam lalu

Gamelan Bali dari Persatuan Pelajar Indonesia Australia University of New South Wales meramaikan Pasar Malam Indonesia, Rabu (20/4). Foto: KJRI Sydney.
Migrasi ke Australia Kian Sulit, Batas Minimum Tabungan Visa Pelajar Dinaikkan Jadi Rp 313 Juta

Australia memperketat migrasi dengan menaikkan batas tabungan untuk pelajar internasional.


10 Orang Terkaya di Korea Selatan versi Forbes Mei 2024

23 jam lalu

Jay Y. Lee, salah satu orang terkaya di Korea Selatan versi Forbes.
10 Orang Terkaya di Korea Selatan versi Forbes Mei 2024

Berikut ini deretan orang terkaya di Korea Selatan versi Forbes. Petinggi Samsung termasuk ke dalam daftar. Berikut ini daftar lengkapnya.


Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 hari lalu

Kanselir Jerman Olaf Scholz bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, Tiongkok 4 November 2022. Kay Nietfeld/Pool via REUTER
Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.


Turis India ke Maladewa Turun 42 Persen gegara Aksi Boikot

1 hari lalu

Pulau Veligandu Maladewa (Pixabay)
Turis India ke Maladewa Turun 42 Persen gegara Aksi Boikot

India adalah pangsa pasar pariwisata terbesar Maladewa pada 2023, dengan lebih dari 11 persen dari 1,8 juta kunjungan wisatawan


Jelang Indonesia vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024, Simak Rekor Shin Tae-yong Lawan Tim-tim dari Afrika

1 hari lalu

Shin Tae-yong. Foto: Tim Media PSSI
Jelang Indonesia vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024, Simak Rekor Shin Tae-yong Lawan Tim-tim dari Afrika

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Guinea akan tersaji pada playoff cabang olahraga sepak bola Olimpiade Paris 2024. Shin Tae-yong punya rekor bagus.