TEMPO.CO, Jakarta - Pihak berwenang di Kolombia pada Selasa, 13 September 2022, mengkonfirmasi sedikitnya ada 17 orang tewas dalam tiga hari terakhir di negara itu dalam rentetan insiden kekerasan. Ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Presiden Kolombia Gustavo Petro.
Pada Senin pagi waktu setempat, 12 September 2022, ada enam orang ditembak mati oleh orang-orang bersenjata di utara kota Barranquilla saat minum di sebuah bar. Kepolisian Kolombia mengatakan geng pengedar narkoba Klan Teluk yang kuat melakukan serangan terhadap anggota kelompok saingannya Los Costenos.
Satu hari sebelum kejadian tersebut atau pada Minggu pagi, 11 September 2022, aparat keamanan setempat mengkonfirmasi, seorang guru, istri dan dua anaknya di Santander utara-tengah, dibunuh oleh sekelompok penyerang pada Minggu pagi.
Lima migran dari Venezuela, yang dituduh terlibat dalam pembunuhan itu. Mereka lalu digantung oleh warga sebagai balas dendam.
Walikota setempat mengatakan kepada stasiun radio nasional para pembunuh adalah orang-orang dari Venezuela yang ingin "mencuri uang". Pelaku ditengarai menggunakan pisau untuk membunuh korban mereka.
Setelah serangan itu, seorang karyawan yang terluka dari keluarga yang terbunuh itu memberi tahu tetangga. Wali kota mengatakan dia mengambil keputusan sendiri untuk membunuh lima penyerang saudaranya itu.
LSM Indapez menyatakan mulai Minggu hingga Senin, 12 September 2022, seorang penjaga adat setempat di departemen Arauca timur laut tewas dalam keadaan yang tidak ditentukan. Pada Sabtu malam, seorang pemimpin serikat buruh ditembak mati oleh dua pengendara sepeda motor bersenjata di kota pelabuhan timur laut Barrancabermeja.
Adapun pada Jumat malam, 10 September 2022, pemimpin lokal lainnya, yakni seorang perempuan muda, ditikam sampai mati di rumahnya di departemen Sucre utara.
Indepaz mengatakan kematian itu membuat jumlah kepala daerah dan masyarakat yang terbunuh sejak Kolombia menandatangani kesepakatan damai 2016 dengan gerilyawan Angkatan Bersenjata Revolusioner Marxis Kolombia menjadi 128 orang.
Petro, presiden sayap kiri pertama Kolombia, berjanji setelah kemenangan pemilihan pada Juni lalu akan membawa perdamaian total di negara yang dilanda konflik. Kolombia telah mengalami enam dekade konflik yang melibatkan gerilyawan kiri, pengedar narkoba, paramiliter sayap kanan dan tentara nasional.
Sebagai mantan gerilyawan kota sendiri, Petro berjanji akan membuka pintu dialog dengan kelompok pemberontak terakhir yang diakui negara itu, Tentara Pembebasan Nasional (ELN). Petro juga mengatakan akan berkomunikasi dengan pengedar narkoba dalam upaya untuk mengakhiri siklus kekerasan.
Malay Mail
Baca juga: Kolombia Temukan Pencucian Uang Panas Rp287 Triliun dari Perdagangan Narkoba
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.