TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Pada 31 Agustus 1957, tepat 65 tahun silam Federasi Malaya merdeka dari Inggris Raya yang belakangan kelak diperingati sebagai Hari Kemerdekaan Malaysia.
Melansir dari buku A History of Malaysia karya Watson Andaya dan Leonard Y. Andaya di jelaskan janji kemerdekaan mendorong Pemerintah Inggris memulai perundingan dengan berbagai pemimpin kelompok anggota Federasi Malaya.
Di antaranya ada UMNO sebagai perwakilan dengan pendukung terbanyak dan Asosiasi Cina Malaya (MCA) yang dibentuk pada tahun 1949 oleh pengusaha kaya keturunan Cina.UMNO, dipimpin oleh tokoh moderat yang kharismatik Tunku Abdul Rahman, bersama MCA dan Malayan Indian Congress kemudian berkoalisi dan memenangkan pemilihan legislatif nasional pada tahun 1955.
Hanya satu kursi saja yang tak mereka menangkan.Ketiganya membentuk koalisi penguasa permanen yang pada mulanya dinamakan Partai Aliansi dan kemudian bernama Barisan Nasional (BN).
BN menyatukan partai berbasis etnis dan ragam ideologi mulai dari moderat-konservatif dengan UMNO sebagai kekuatan utamanya.Sepanjang 1955-1956, UMNO, MCA, dan Inggris membuat kesepakatan konstitusional tentang prinsip kewarganegaraan yang bersifat setara untuk semua ras dan etnis.
Sebagai gantinya, MCA setuju kepala Federasi Malaya akan ditarik dari jajaran Sultan Melayu, bahasa resminya bahasa Melayu, dan pendidikan Melayu, serta pembangunan ekonomi akan dipromosikan sekaligus disubsidi pemerintah.
Dampak dari kebijakan ini adalah Federasi Malaya akan dijalankan oleh elite-elite Melayu dan orang-orang Melayu akan terus mendominasi bagian kedinasan sipil, angkatan bersenjata, hingga kepolisian. Meski demikian, orang-orang Cina dan India akan memiliki perwakilan yang proporsional di kabinet dan parlemen sehingga bisa menjalankan negara bagian di mana etnis mereka terhitung mayoritas dan secara ekonomi mereka juga terjamin.
Di samping mengurus perkara birokratis, negosiasi untuk kemerdekaan Federasi Malaya terus dijalankan UMNO dan koalisinya dengan pemerintah Inggris. Inggris akhirnya melunak, ditambah pertimbangan bahwa pemberontakan orang-orang komunis di pertengahan 1950-an juga sudah mulai mereda dan mereka bukan lagi dianggap sebagai ancaman besar bagi stabilitas negara baru.
Kesepakatan dicapai pada 8 Februari 1956 bagi Federasi Malaya..