Sesungguhnya Inggris bersikap setara sebab orang-orang Cina dan India juga loyal pada Inggris selama PD I dan II. Namun, sikap keras kaum nasionalis Melayu mampu mengubah sikap sultan-sultan kerajaan di Semenanjung Melayu dari yang tadinya mendukung Inggris, lantas menjadi oposisi.
Pada 1946, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) didirikan oleh Dato Onn bin Jaafar, Kepala Menteri Johor, agar perjuangan memerdekakan Malaya makin terorganisir. UMNO melahirkan serangkaian demonstrasi hingga aksi boikot yang membuat Inggris pusing.
Negosiasi antara UMNO dan Inggris pada 1948 menghasilkan Federasi Malaya, konsep penyatuan Semenanjung Malaya dengan jaminan hak khusus bagi kaum Melayu dan posisi para sultan tetap terjaga.
Federasi Malaysia terdiri dari gabungan sembilan kerajaan Melayu plus dua provinsi, yakni Johor, Kedah, Kelantan, Malaka, Negeri Sembilan, Pahang, Penang, Perak, Perlis, Selangor, dan Terenganu.
Pemerintah federal dipimpin oleh Perdana Menteri, dan ibukotanya ditetapkan di Kuala Lumpur.Satu masalah kelar, tapi masalah lain makin ruwet.
Kelompok komunis yang digerakkan Partai Komunis Malaysia (MCP), yang sejak dibentuk pada 1930 menjadi tulang punggung perjuangan melawan Jepang, pindah ke tengah hutan sejak 1948 dan memanaskan perlawanan gerilya untuk mengusir penjajah baru, yakni Pemerintah Inggris.
Perlawanan ini berlangsung selama 12 tahun dan dikenal dengan istilah periode Darurat Malaya (Malayan Emergency).Untuk memadamkan perlawanan MCP, Inggris mengisolasi MCP dari basis pendukungnya.
Caranya, orang-orang keturunan Cina diberi konsesi ekonomi dan politik serta membangun kembali pemukiman liar orang-orang Cina menjadi "Desa Baru" (New Villages). Strategi ini terbilang efektif, termasuk juga mobilisasi orang-orang Melayu yang dipersenjatai untuk melawan MCP di medan perang.
IDRIS BOUFAKAR
Baca juga : Malaysia Rayakan Hari Kemerdekaan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.