Kesepakatan dicapai pada 8 Februari 1956 bagi Federasi Malaya untuk merdeka dari Kerajaan Inggris. Namun, atas alasan logistik dan administrasi, proklamasi kemerdekaan baru bisa dilaksanakan tahun depan, yakni pada tanggal 31 Agustus 1957 di Stadion Merdeka, Kuala Lumpur.
Saat itu kantor berita BBC merekam berkumpulnya ribuan orang di Stadion Merdeka, Kuala Lumpur, untuk menyaksikan sekaligus memberi selamat atas penyerahan kekuasaan dari Kerajaan Inggris kepada Federasi Malaya.
Kini warga Malaysia merayakan "Hari Merdeka" atau "Hari Kebangsaan" setiap tanggal 31 Agustus untuk mengenang kembali batu loncatan bersejarah menuju pembentukan negara Malaysia.
Sebelumnya perjuangan kaum nasionalis di Semenanjung Malaya, sebagaimana di Indonesia, juga dipengaruhi berakhirnya pendudukan Jepang pada 1945, demikian dicatat Encyclopedia Britannica.
Malaya dan Borneo adalah dua kawasan penting sebab menyediakan sumber daya alam bagi Jepang.
Pasukan Negeri Matahari Terbit memulai invasi ke Semenanjung Malaya pada tahun 1941 dan mencapai kesuksesan pada 1942.Usai tiga tahun berkuasa, politik dan ekonomi Jepang lumpuh bukan hanya karena bom atom di Hiroshima maupun Nagasaki, tapi juga ketidakstabilan kawasan Malaya.
Kelompok komunis yang rata-rata keturunan Cina melakukan perlawanan secara gerilya di hutan dan melakukan pemberontakan di Borneo Utara.Di tempat lain, konflik antar-etnis kembali memanas.
Meski demikian, hampir semua rakyat penghuni semenanjung Malaya merasakan kegembiraan yang sama atas kekalahan Jepang.Sebelum diambil alih Jepang, Sawarak dan Borneo Utara adalah wilayah protektorat Inggris.
Ketika Perang dunia II berakhir di Pasifik, Inggris kembali mengontrol kedua wilayah tersebut. Kala itu Sarawak menghadapi penentangan dari orang-orang Melayu yang tak terima atas kontrol Inggris.
Sementara itu, berdirinya koloni Inggris di Borneo Utara menyebabkan perpindahan ibukota dari Sandakan ke Jesselton (sekarang Kota Kinibalu).Demi kestabilan kawasan, Inggris membentuk Uni Malaya (Malaya Union) yang akan mengubah negara-negara Melayu plus Penang dan Malaka menjadi satu koloni.
Visinya, menurut Inggris, persiapan kemerdekaan kawasan. Terdapat pengecualian bagi Singapura dan Borneo Utara sebab secara teritori dan pertimbangan lain, kedua wilayah ini dianggap susah bersatu.
Kebijakan ini mendapat pertentangan kuat dari golongan nasionalis Melayu sebab Uni Malaya dianggap sebagai pelemahan penguasa Melayu dan pemberian kewarganegaraan kepada etnis Cina, India, dan kaum minoritas lain.
Sesungguhnya Inggris bersikap setara, sebab...