TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat menilai Presiden Rusia Vladimir Putin terancam kudeta dari lingkarannya sendiri setelah ada kemunduran dalam perang Ukraina. Putin disebut berada dalam masalah jika tidak menyelesaikan invasi dalam beberapa bulan ke depan.
Media Inggris Express melaporkan, Putin terus menderita kerugian yang memalukan di Ukraina. Menurut perkiraan dari Kementerian Pertahanan Ukraina, sebanyak 44.000 tentara Rusia telah tewas dalam pertempuran sejauh ini. Kyiv juga mengklaim telah menghancurkan sebanyak 1.800 tank Rusia.
Pakar strategi perang Harry Kazianis menilai, Putin benar-benar berada dalam situasi eksistensial karena dituntut memenangkan perang ini dalam 60 hari ke depan. Jika Putin tidak bisa memenuhi target itu, Kazianis berpikir pemimpin Rusia itu dalam masalah.
"Saya pikir mungkin saja jenderal Rusia, atau politisi Rusia yang dekat dengan para jenderal, dapat mencoba mengambil tindakan sendiri dan saat itulah menjadi sangat berbahaya, mengingat Rusia memiliki senjata nuklir paling banyak di planet ini," kata Kazianis kepada Express dikutip Rabu, 31 Agustus 2022.
Menurut Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir, Rusia memiliki sekitar 5.977 senjata nuklir, yang dapat diluncurkan dari rudal, kapal selam, dan pesawat. Kazianis menganggap ancaman Rusia lebih besar dari Ukraina.
Putin beberapa kali mengatakan operasi militer ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022, berjalan sesuai rencana dan tidak ada tenggat waktu untuk mengakhirinya. Rusia mengklaim harus meluncurkan operasi militer tersebut untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.
"Tujuan dari operasi ini telah didefinisikan dengan jelas - ini adalah untuk memastikan keamanan Rusia dan warga kami, dan pertahanan penduduk Donbass dari genosida," kata Putin di Konferensi Moskow ke-10 tentang Keamanan Internasional pada Selasa, 16 Agustus 2022.
Intelijen Inggris dalam keterangan Senin, 29 Agustus 2022, menyebut Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu tengah disisihkan di jajaran elit kepemimpinan negara itu karena masalah Ukraina. Menurut informasi terbaru yang dibagikan Kementerian Pertahanan Inggris, Presiden Rusia Vladimir Putin kini mendapat pengarahan langsung dari komandan operasional perang di Ukraina.
Perwira dan tentara Rusia yang terlibat perang langsung mungkin secara rutin mengolok-olok Shoigu karena kepemimpinannya tidak efektif dan minim pengetahuan, sehingga kemajuan Rusia terhenti. Shoigu disebut telah "menderita" untuk mengatasi reputasinya karena tidak memiliki banyak pengalaman militer.
Di medan peperangan, dalam beberapa hari ini, Ukraina membuat serangan balasan di wilayah selatan dan mengklaim merebut kembali kota Kherson yang diduduki Rusia. Pasukan yang dikirim Moskow hampir mendekati Kyiv sebelum akhirnya dipukul balik dan memfokuskan perang di wilayah selatan, Donbas.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak pasukan Rusia untuk pulang kalau ingin selamat, menyusul serangan balasan dari pasukannya di dekat kota Kherson,. Moskow membantah gempuran itu telah meleset. Zelensky, dalam pidato rutinnya pada Senin malam, 29 Agustus 2022, bersumpah, bahwa pasukan Ukraina akan mengejar tentara Rusia sampai ke perbatasan.
"Jika mereka ingin bertahan - saatnya militer Rusia melarikan diri. Pulanglah. Ukraina mengambil kembali miliknya sendiri," kata Zelensky dikutip dari Reuters, Selasa, 30 Agustus 2022.
Baca juga: Invasi ke Ukraina Mandek, Menhan Sergei Shoigu Dicuekin Putin?
EXPRESS | TASS | REUTERS