TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah aktivis perempuan Afghanistan membuka sebuah perpustakaan di Ibu Kota Kabul pada Rabu, 24 Agustus 2022. Langkah ini diharapkan menjadi sebuah oasis bagi perempuan di negeri itu yang terputus dari akses ke pendidikan dan kehidupan masyarakat di bawah pemerintahan Taliban.
Sejak mengambil alih Aghanistan setahun lalu, Taliban mengeluarkan perintah kalau perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa mahram (wali laki-laki). Perempuan juga harus menggunakan burqa yang menutupi wajah mereka, namun sejumlah perempuan di perkotaan mengabaikan aturan itu.
Pengungsi Afghanistan menghabiskan waktu bersama setelah banjir besar di distrik Khushi di Logar, Afghanistan, 21 Agustus 2022. REUTERS/Stringer
Sekolah menengah untuk perempuan sebagian besar masih tutup, padahal Taliban berjanji akan membuka sekolah perempuan pada Maret 2022.
“Kami telah membuka perpustakaan untuk dua tujuan. Pertama, untuk perempuan-perempuan yang tidak bisa ke sekolah. Kedua, untuk perempuan-perempuan yang kehilangan pekerjaan mereka dan tidak tahu harus berbuat apa,” kata Zhulia Parsi, salah satu pendiri perpustakaan.
Juru bicara Taliban belum berkomentar perihal pembukaan perpustakaan ini. Dalam perpustakaan tersebut, terdapat lebih dari seribu buku, di antaranya novel dan buku bergambar. Ada pula buku non-fiksi seperti buku tentang politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan.
Sebagian besar buku-buku tersebut didonasikan oleh sejumlah guru, penyair dan penulis buku dari yayasan Crystal Bayat, yakni sebuah lembaga HAM untuk perempuan yang membantu mendirikan perpustakaan di Ibu Kota Kabul tersebut.
Sejumlah aktivis perempuan, yang ikut dalam aksi protes dalam beberapa bulan terakhir, juga membantu mendirikan perpustakaan di sebuah toko sewaan di sebuah mal. Pusat perbelanjaan itu punya beberapa toko katering perempuan.
Pada Maret 2022, Taliban cidera janji. Kelompok radikal itu membuat keputusan mengejutkan dengan menutup sekolah menengah untuk perempuan. Dengan begitu, sebagian besar perempuan di negara itu tidak punya akses untuk belajar dan ribuan perempuan harus berhenti bekerja karena sejumlah larangan dari kelompok tersebut. Dampak lainnya, ekonomi Afghanistan saat ini dilanda krisis.
Sumber: Reuters
Baca juga: Cara Mendaftar Keanggotaan Perpustakaan Nasional Secara Online
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.