TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat intelijen AS memperingatkan bahwa Rusia berencana untuk meluncurkan serangan baru terhadap infrastruktur sipil Ukraina dan fasilitas pemerintah. “Mengingat rekam jejak Rusia di Ukraina, kami prihatin dengan ancaman lanjutan yang ditimbulkan oleh serangan Rusia terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil,” kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim.
Peringatan itu membuat Kyiv melarang perayaan publik minggu ini untuk memperingati kemerdekaan dari pemerintahan Soviet. Wilayah lain juga telah membatasi pertemuan publik termasuk Kharkiv. Wali Kota Kharkiv Ihor Terekhov mengumumkan perpanjangan jam malam yang berlaku antara pukul 4 sore dan 7 pagi hingga Kamis.
Di pelabuhan Mykolaiv, dekat wilayah yang dikuasai Rusia di selatan, gubernur regional Vitaliy Kim mengatakan pihak berwenang merencanakan perintah pencegahan bagi penduduk untuk bekerja dari rumah pada Selasa dan Rabu. Orang-orang juga diminta tidak berkumpul dalam kelompok besar.
Dekat garis depan di selatan negara itu, Ukraina mengatakan Rusia menembakkan roket ke beberapa kota di utara dan barat pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa. Rusia telah merebut pembangkit listrik nuklir tersebut tak lama setelah mereka menyerang pada Februari.
Artileri dan tembakan roket di dekat kompleks reaktor nuklir Zaporizhzhia, di tepi selatan Sungai Dnipro, telah menyebabkan seruan agar daerah tersebut didemiliterisasi. Orang-orang Ukraina yang tinggal di dekat pembangkit listrik takut peluru bisa mengenai salah satu dari enam reaktor nuklir, yang berpotensi menjadi bencana.
Sementara itu, Rusia mengatakan perwira intelijen Ukraina bertanggung jawab atas pemboman mobil yang menewaskan putri seorang pemikir politik sayap kanan terkemuka Rusia selama akhir pekan. Darya Dugina, seorang komentator berusia 29 tahun di saluran TV nasionalis Rusia, meninggal ketika alat peledak yang dikendalikan dari jarak jauh yang ditanam di mobilnya, meledak pada Sabtu malam. Saat itu ia sedang mengemudi di pinggiran Moskow.
Ayahnya, Alexander Dugin, seorang filsuf, penulis dan ahli teori politik yang sangat mendukung keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengirim pasukan ke Ukraina. Ia diyakini sebagai target yang dimaksud.
Layanan Keamanan Federal Rusia, atau FSB, mengatakan pembunuhan Dugina disiapkan dan dilakukan oleh dinas khusus Ukraina. FSB mengatakan seorang warga Ukraina, Natalya Vovk, melakukan pembunuhan itu dan kemudian melarikan diri ke Estonia.
FSB mengatakan Vovk tiba di Rusia pada Juli dengan putrinya yang berusia 12 tahun. Mereka menyewa sebuah apartemen di gedung tempat Dugina tinggal untuk membayangi dirinya.
Baca: Rusia Umumkan Nama Wanita Ukraina Terduga Pelaku Peledakan Moskow
SKY NEWS