TEMPO.CO, Jakarta - Sembilan warga sipil, termasuk sedikitnya dua anak-anak, tewas di sebuah taman di Dohuk, wilayah otonomi Kurdistan Irak pada Rabu waktu setempat akibat tembakan artileri yang diduga dilakukan oleh Turki.
Dalam sebuah teguran keras yang langka terjadi, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi memperingatkan Turki bahwa Irak memiliki "hak untuk membalas," menyebut tembakan artileri sebagai "pelanggaran mencolok" atas kedaulatan mereka.
Perdana Menteri Irak mengirim menteri luar negeri dan pejabat tinggi keamanan ke lokasi tersebut. "Pasukan Turki telah melakukan sekali lagi pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan Irak," kata Kadhimi di Twitter, mengutuk kerusakan yang disebabkan "kehidupan dan keamanan warga Irak."
"Irak berhak untuk membalas terhadap agresi ini dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi rakyat kami," tambah Kadhemi.
Para korban termasuk turis Irak yang datang ke desa perbukitan Parakh di distrik Zakho untuk menghindari suhu terik lebih jauh ke selatan di negara itu, menurut Mushir Bashir, kepala wilayah Zakho."Turki menyerang desa itu dua kali hari ini," kata Bashir.
Sebuah sumber di kementerian pertahanan Turki mengatakan bahwa dia "tidak memiliki informasi yang melaporkan atau mengkonfirmasi tembakan artileri di daerah ini".
Serangan artileri itu menewaskan sembilan orang dan melukai 23 lainnya, kata pejabat kesehatan Zakho Amir Ali kepada wartawan. Dia sebelumnya menyebutkan delapan orang tewas, termasuk dua anak-anak.
Hassan Tahsin Ali mengatakan beruntung dapat selamat dari serangan itu. Dengan mengenakan perban di kepalanya di depan sebuah rumah sakit di Zakho, Ali mengatakan serangan itu menyebabkan kobaran api di taman dan kolam renang tempat para pengunjung bersantai.
"Kami datang dari provinsi Babel," kata pemuda itu dengan suara pelan. "Ada serangan membabi buta pada kami, ada mayat di dalam air. Orang-orang muda tewas, anak-anak tewas, kepada siapa kita harus berpaling?”
Turki melancarkan serangan di Irak utara pada April yang katanya menargetkan pejuang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Ditunjuk sebagai kelompok teroris oleh Ankara dan sekutu Baratnya, PKK telah melancarkan pemberontakan terhadap negara Turki sejak 1984 yang telah merenggut puluhan ribu nyawa.
Erbil, ibu kota Kurdistan Irak, memiliki hubungan yang rumit dengan PKK karena kehadirannya di wilayah tersebut menghambat hubungan perdagangan vital dengan negara tetangga Turki. Operasi militer telah melihat duta besar Turki di Baghdad secara teratur dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Irak.
Baca juga: Jet Turki Gempur Posisi Kurdi di Irak
SUMBER: ASHARQ AL-AWSAT