TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Sabtu, 9 Juli 2022, memutuskan untuk tetap melakukan perjalanan ke Arab Saudi dengan membawa agenda HAM. Biden sebelumnya pernah mengecam Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dengan menyebutnya seorang pariah (orang yang ditolak oleh masyarakat).
Rencananya dalam kunjungannya ke Timur Tengah pekan depan, Biden akan menggelar pembicaraan bilateral dengan Raja Salman bin Abdulaziz dan timnya, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Mohammed bin Salman adalah pemimpin de facto Arab Saudi. Komunitas intelijen Amerika Serikat menyebut dia sebagai dalang pembunuhan wartawan Washington Post Jamal Khashoggi pada 2018. Khashoggi disebut menentang politik Mohammed bin Salman.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman meninjau penjaga kehormatan saat upacara penyambutan di Istana Kepresidenan di Ankara, Turki, 22 Juni 2022. REUTERS/Umit Bektas
Dalam sebuah kolom opini yang di publikasi Washington Post pada Sabtu malam, 9 Juli 2022, Biden mengatakan kunjungannya ke Arab Saudi untuk mengerahkan hubungan (ke arah yang benar), bukan untuk memutuskan hubungan dengan Arab Saudi, yang sudah menjadi mitra Amerika Serikat selama 80 tahun.
“Saya tahu banyak yang tidak setuju dengan keputusan saya untuk melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Pandangan saya soal HAM sangat jelas dan dasar kebebasan selalu ada dalam agenda ketika saya melakukan perjalanan ke luar negeri,” kata Biden.
Biden membutuhkan bantuan Arab Saudi di tengah kenaikan harga bahan bakar dan upaya Amerika Serikat dalam memerangi perang Yaman setelah Arab Saudi baru-baru ini memperpanjang gencatan senjata di sana. Amerika Serikat juga ingin menghentikan pengaruh Iran di Timur Tengah serta (pengaruh) Cina di dunia.
Biden menilai Arab Saudi baru-baru ini telah membantu memulihkan persatuan di kalangan enam negara anggota Dewan Kerja sama Negara-negara Teluk. Mereka pun telah sepenuhnya mendukung pakta di Yaman serta berusaha keras menstabilkan pasar minyak bersama negara-negara anggota OPEC lainnya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Cina Ngotot dengan Kebijakan 'Nol Covid', Ini Sebabnya
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.
