TEMPO.CO, Jakarta - Rusia untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, diduga gagal membayar utang luar negerinya. Tata ekonomi Moskow dinilai tengah berdarah akibat sanksi yang diberlakukan negara-negara Barat sebagai tanggapan atas invasi ke Ukraina.
The Independent mewartakan, Moskow menghadapi tenggat waktu pada Minggu, 27 Juni 2022, untuk melunasi bunga senilai sekitar US$ 100 juta atau Rp 1,4 triliun. Semula, jatuh tempo utang itu pada 27 Mei, namun jangka waktu berakhir tanpa pembayaran.
Rusia pernah gagal bayar utang domestiknya pada 1998. Sementara setelah Revolusi Bolshevik 1917, Moskow gagal melunasi utang internasionalnya.
Rusia berutang sekitar US$ 40 miliar atau Rp 591 triliun dalam bentuk obligasi asing. Namun pejabat Rusia membantah laporan default tersebut. Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov pada Kamis, 23 Juni 2022 mengatakan siapa pun dapat menyatakan apa pun yang mereka suka.
Kremlin juga menolak klaim tersebut pada Senin, 27 Juni 2022. Dalam panggilan telepon dengan wartawan, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan, Rusia membayar obligasi yang jatuh tempo pada Mei.
Lembaga pemeringkat seperti Standard & Poor's dan Moody's, telah mengkategorikan utang Rusia ke dalam wilayah sampah. Gejolak di pasar Rusia berlanjut ketika Rubel, yang anjlok ke level terendah hanya beberapa jam setelah invasi, pada Senin, 27 Juni 2022, tercatat turun sekitar 40 persen terhadap USD.
Setelah lebih dari 120 hari perang, cadangan devisa bank sentral Rusia tetap dibekukan dan bank-bank topnya dikeluarkan dari sistem keuangan global.
Sanksi yang dijatuhkan oleh sekutu Ukraina telah merusak ekonomi Rusia dan mendorong perusahaan asing untuk keluar dari pasar Rusia. Para ahli memperingatkan bahwa konfirmasi default dapat menyebabkan isolasi lebih lanjut dan gangguan Moskow dari sistem pembayaran internasional.