TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyoroti isu pangan saat memimpin acara Ministerial Conference on Uniting for Global Food Security yang digelar secara hybrid, pada Jumat, 24 Juni 2022. Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan sebuah ide untuk keluar dari krisis pangan global yang diperburuk akibat perang yang terjadi di Ukraina.
Ministerial Conference on Uniting for Global Food Security merupakan pertemuan yang diinisiasi Jerman sebagai pemegang Presidensi G7 pada tahun ini. Secara tatap muka, agenda itu dilangsungkan di Berlin.
Ilustrasi gudang beras titik.
Menurut Retno, ada dua langkah jangka pendek yang bisa diupayakan dalam mengakhiri krisis pangan yang makin memburuk. Pertama, penegakan hukum internasional dan solusi damai di Ukraina yang digerakkan semua pihak. Kedua, pulihkan rantai pasok pangan global.
"Dampak perang terhadap pangan dan pupuk sangat jelas. Bila kita gagal mengatasi krisis pupuk, maka akan terjadi krisis beras yang menyangkut nasib lebih dari 2 miliar penduduk dunia," katanya dalam keterangan tertulis dan diterbitkan Kementerian Luar Negeri, Senin, 27 Juni 2022.
Solusi efektif terhadap krisis pangan ini, kata Retno, menuntut dilakukannya reintegrasi produksi pangan Ukraina serta produksi pangan dan pupuk
Rusia pada pasar dunia, terlepas dari perang.
“Perlu diamankan sebuah grain corridor dari Ukraina, dan dibukanya ekspor pangan serta pupuk dari Rusia. Seluruh negara harus menahan diri dari tindakan yang semakin memperburuk krisis pangan ini," ujar Retno.
Retno menyatakan, perang yang saat ini terjadi telah menghancurkan sistem pangan global yang sebelumnya sudah dilemahkan oleh pandemi dan perubahan iklim. Dampaknya juga tidak terbatas satu wilayah saja.
Lebih lanjut, Retno menjelaskan bahwa dunia perlu mengkolaborasikan tiga hal, yakni investasi untuk meningkatkan produksi pertanian, diversifikasi produksi dan impor pangan, serta dorongan untuk perdagangan produk pertanian yang inklusif. Retno pun mengingatan dunia perlu bertindak sekarang juga.
Ministerial Conference on Uniting for Global Food Security dihadiri perwakilan 25 negara. Selain Indonesia, acara itu juga dibimbing oleh Menlu Jerman, Menlu Prancis, Menlu Amerika Serikat, dan Menlu Senegal.
Konflik Rusia-Ukraina dinilai sangat berdampak pada meningkatnya ancaman krisis pangan dan energi global. Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Februari 2022, negara-negara Afrika disebut paling terpengaruh oleh krisis yang berkembang. Harga gandum, minyak goreng, bahan bakar, dan pupuk, setelah Ukraina diserang, makin melonjak.
Rusia dan Ukraina menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global. Rusia juga merupakan pengekspor pupuk global utama dan Ukraina adalah pengekspor utama minyak jagung dan bunga matahari.
Moskow menolak tuduhan yang menyebut pihaknya sengaja memblokir ekspor
gandum dari Ukraina. Moskow sebaliknya menuding kenaikan harga pangan dan bahan bakar global disebabkan sanksi Barat yang dikenakan pada Rusia setelah operasi militer.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.