TEMPO.CO, Jakarta - Dua Warga AS yang bergabung sebagai sukarelawan perang telah hilang sejak sepekan terakhir di Ukraina. Keluarga khawatir mereka ditangkap oleh Rusia.
Kedua pria itu adalah Alexander Drueke, 39, dari Tuscaloosa, Alabama, dan Andy Huynh, 27, dari Hartselle, Alabama. Mereka terakhir berhubungan dengan keluarga pada 8 Juni 2022. Mereka tidak kembali dari misi di sekitar wilayah Kharkiv di Ukraina timur.
Laporan bahwa kedua pria itu telah ditawan oleh Rusia belum dikonfirmasi, menurut keluarga dan juru bicara Departemen Luar Negeri AS. "Apa yang kami ketahui secara resmi saat ini dari Departemen Luar Negeri adalah bahwa Andy dan Alex hilang," ujar Joy Black, tunangan Andy, melalui telepon.
"Kami tidak memiliki konfirmasi untuk apa pun di luar itu. Jelas semakin lama pencarian, kami mulai mempertimbangkan skenario lain," ujarnya.
Belum ada komentar dari Kementerian Pertahanan Rusia.
Jika pasangan itu ditangkap, mereka akan menjadi warga AS pertama yang dikonfirmasi telah diculik sebagai tawanan perang Rusia Ukraina.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa jika laporan itu benar, Amerika Serikat akan melakukan segala hal untuk membebaskan keduanya.
Lois Drueke, ibu Alexander, mengatakan dia telah melakukan kontak dengan Kedutaan Besar AS untuk Ukraina, yang berlokasi di Polandia. Kedua pria itu telah memberi tahu keluarga masing-masing pada 8 Juni. Mereka mengatakan akan offline selama beberapa hari, namun tidak memberikan perincian karena takut komunikasi disadap.
Drueke melayani dua tur di Irak, yang terakhir sebagai penembak utama di Baghdad pada 2008-2009, menurut ibunya. Menurut tunangannya, Huynh adalah mantan marinir AS yang meninggalkan dinas pada 2018.
Keduanya tidak saling mengenal sebelum bertemu di Ukraina. Mereka merasa terdorong untuk membantu Ukraina setelah melihat foto-foto korban sipil dalam perang Rusia Ukraina di luar Kyiv pada akhir Maret.
"Ketika Andy melihat rekaman ini keluar dari Ukraina, dia mengatakan tidak bisa tidur, tidak bisa makan, hanya termakan oleh kengerian yang dialami warga sipil tak berdosa ini," kata Black.
"Sebagai seorang ibu tentu saja saya tidak ingin anak saya dalam bahaya," kata Lois Drueke. "Tetapi saya tahu bahwa itu sangat penting bagi Alex, dia menginginkan tujuan dalam hidupnya dan merasa bahwa ini baik dan mulia."
Pekan lalu, dua warga negara Inggris dan seorang warga Maroko dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan separatis di Republik Rakyat Donetsk yang berbahasa Rusia. Mereka tertangkap saat sedang berperang untuk Ukraina.
Rusia membantah menyerang warga sipil dan menuduh warga Barat bertindak sebagai tentara bayaran. Rusia mengatakan dukungan Barat menyeret konflik dan menyebabkan lebih banyak korban.
Baca: Ukraina Abaikan Ultimatum Rusia di Sievierodonetsk, Berharap Pasokan NATO
REUTERS